Gambar diambil dari Google |
Abu-abu,
ini tubuh sedang berada di atas gesekan dua besi. Berbeda
bentuk. Satu berjalan, terus berjalan menuju yang dituju. Satu hanya diam
membeku, dingin, pasrah tergesek. Namun darisana tercipta jalan-jalan yang
menuntun tubuh ini menuju kota di ujung sana. Layaknya aku dan kau. Masih
seperti itu.
Abu-abu,
ini sudah ke entah berapa yang kujalani. Berharap angin
menampar pipi untuk menyadarkanku bahwa penantian ini tak masuk akal lagi.
Berharap segala potret yang tertangkap membekukan segala ingin yang (sialnya)
tak pernah sanggup kuhancurkan. Hanya beku jadi es.
Berharap dari sekian rupa dan jiwa yang kutemui menggesermu
ke sekat paling gelap, hingga akhirnya aku benar-benar buta akan kau.
Pahamkah kau bahwa aku telah terluntang-lantung untuk
melupakan. Sudah pahamkah kau semua usaha itu hampir kehabisan nafas dan sesak
kerana (brengseknya) kau tetap yang aku ingat?
Dan dari semua keluh yang telah tertuang dalam wadah yang
entah hingga tumpah. Kau tetap tak memahami. Bahkan (brengseknya lagi), kau tak
tahu.
Perjalanan macam apa lagi yang harus aku tempuh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar