Sudahkah kamu
mengenalnya? Seorang pria petualang. Hmm, terlalu kaku. Pria penjelajah? Pria
pejalan-jalan, mungkin. Entahlah, namun jika kau terjemahkan dalam Bahasa
Inggris kau akan menemukan dia sebagai Traveler Man.
Kukenalkan kau pada
seorang pria, yang menghabiskan uangnya untuk menggembelkan diri di jalan-jalan
sebuah kota yang ia impikan untuk dikunjungi daripada kegiatan ala ‘pria kebanyakan’
yang membuatnya (memaksa) kelihatan macho. Ia yang tak pernah berpura-pura, menjalani
hidup apa adanya dengan realitas yang ia temukan di perjalanan.
Kenalilah ia, seseorang
yang begitu menyayangi Ibunya. Ia yang dengan utuh menemukan kecantikan seluruh
wanita dalam wajah Ibunya. Tentunya seluruh wanita yang ia temui di perjalanan.
Sebab hidupnya adalah
tentang pertemuan, tanpa perpisahan dengan penuh drama seperti di film-film.
Dia yang dengan rajin
mengumpulkan tiket pesawat, kereta api,
kapal, atau apapun itu di sebuah kotak sebagai kenangan daripada mengumpulkan berkotak-kotak
sepatu. Sebuah sepatu di kakinya, adalah yang semakin hari semakin usang
sekaligus semakin hari semakin layak pakai baginya.
Jiwanya terisi semangat
dan tidak takut untuk tersesat.
Pendakian-pendakian
telah menghadapkannya pada berbagai macam karakter manusia. Bukankah kau pernah
mendengar perkataan “Di atas gunung, kau akan menemukan sifat asli seseorang.”?
Segelintir orang mungkin pernah mencibirnya, namun ia tetap tenang, sebab
baginya, mereka tak cukup berharga untuk didengarkan. Ya, dia sudah menghadapi
itu semua dan dengan mudah menemukan mana seseorang yang pantas dihargai mana
yang tidak.
Saat kau sudah
mengenalnya, kau akan dengan mudah mencintainya.
Dan bersiaplah dicintai
kembali olehnya. Kau hanya harus bersabar menunggu, karena sejauh apapun pria
pejalan-jalan itu berjalan, ia hapal betul jejak-jejak yang ia tinggalkan. Ia
akan selalu mencarimu di tengah keramaian, akan selalu mengingat hangatnya senyummu
di tengah dinginnya gunung dan kota hujan. Akan selalu mengingat dinginnya
sikapmu saat ia mulai sulit diingatkan untuk makan di tengah teriknya pesisir
pantai dan jalanan kota.
Segala yang ia jalani
adalah tentang proses, bukan tujuan.
Dan sebagai bonusnya,
di suatu senja kau akan menerima sebuah kartu pos dengan puisi ciptaan semampunya
yang ia tulis dengan pena pinjaman dari kantor pos. Namun senyum manis akan
merekah dari bibirmu. Sebab pada akhir puisinya, ia akan mengajakmu untuk
menemaninya, menemaninya berjalan.
Teruntuk Riady Putra, pria
pejalan-jalan, yang di usianya kini telah memiliki KTP.
Selamat (telat) ulang
tahun, semoga sehat dan bahagia selalu.
Salam,
Gadis Hujan.
(Terinspirasi dari sajak
Rosemarie Urquico ‘Date a Girl Who Reads’)
:)
BalasHapus:)
Hapus