Pernah ku tampung air hujan di atas daun talas.
Tapi
ingatkah kau pepatah ‘bagaikan air di daun talas' yang dulu ada di pelajaran
sekolah dasar?
Mustahil.
Namun dengan bodohnya tetap kulakukan.
Kau tahu sulitnya berdamai dengan hari yang tanpamu?
Seperti kedua tanganku dilekatkan barbel sambil memanjat pinang pada perayaan
hari kemerdekaan.
Berat sekali.
Namun aku masih punya kamu di dalam ingatan
untuk kutemui suatu hari nanti.
Tak mudah memaksa matahari buru-buru tergelincir dan
bulan kembali ke singasananya.
Sebab suatu hari itu datang hari ini, matahari
menginjak daun pisang dan bulan ingin cepat pulang.
Satu hari berjalan
sekelebat mata, satu tarikan napas.
Hingga kini tak mustahil lagi kutampung air di daun
talas.
Aku bukan orang bodoh walau aku
tak ada lelahnya menanti.
Karna aku mencintaimu.
Dan karna dengan cinta, aku
mendorong logika jatuh ke jurang terdalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar