Happy New Year!

Sebenarnya sudah agak terlambat untuk mengucap ini, namun selama Januari belum selesai dan Februari masih bersiap tak ada salahnya. Selamat tahun baru!

Waktu itu lucu, jalannya cepat sekali padahal ia tak punya kaki. Di awal tahun, setelah menghabiskan malam akhir 2012 menuju pagi 2013 bersama Bunda (Dea), Karin, dan Sufian di atap rumah Bunda yang berlantai empat, setelah menyaksikan langit yang dihiasi kembang api tanpa henti di seluruh sudut kota Malang, saya menghabiskan hari dengan tidak melakukan apa-apa di kamar kost. Hanya menyesaki pikiran dengan segala hal yang sudah saya jalani di 2012. Saya menggambarkannya dengan dua kata. Singkat padat. Segalanya berlalu begitu cepat sehingga terasa singkat namun padat, sebab resolusi yang saya buat untuk 2012 pada akhir 2011 semuanya tercoret tanda tercapai. Alhamdulillah. Saya masih gadis biasa walaupun resolusi saya semua tercapai, kenapa? Karena resolusi yang saya buat sederhana. Saya sadar akan kemampuan dan keterbatasan saya.

Tahun 2012 adalah tahun ‘perbaikan’ sekaligus ‘perubahan’ bagi saya, bahkan saya mengalami perubahan besar-besaran. Perbaikan dalam segala hal, perbaikan untuk mengobati luka hati yang sudah terlalu parah, at least bagi saya. Sigh.

(Calon) Kupu-kupu

Image from Google


Kupu-kupu tak pernah jadi seindah itu tanpa melawan waktu. Dari seekor ulat buruk rupa, merayap di dahan dan dedaunan. Hidupnya akan berakhir di perut burung atau serangga pemangsanya jika tak beruntung. Mencari tempat yang aman dan berubah jadi kepompong. Hingga terbujur kaku menggantung di dahan dan dedaunan. Tak peduli walau siang terik menyengat dan malam dingin menusuk. Semua akan indah pada waktunya. Katamu kala itu saat dimana kita melihat segumpal coklat menyerupai daun kering membungkus sesuatu di dalamnya bergerak-gerak menggantung di daun. Kau tahu aku hanya bergurau namun kau cepat-cepat menggenggam tanganku dan mencegah aku membantu si calon kupu-kupu untuk keluar. Lalu kita hanya saling diam berpuluh menit untuk menyaksikan proses paling indah di dunia sore itu. Bagaimana aku menyebutnya tak indah? Ada kamu dan si calon kupu-kupu.

Kakinya mengoyak-ngoyak lapisan kepompong, kaki-kaki kecilnya bermunculan, lalu kepalanya mulai mengintip. Selamat datang di dunia, kupu-kupu, kini kau sudah resmi menanggalkan kata ‘calon’. Hingga kemudian sayap itu perlahan  menyembul. Apa kau masih ingat warna sayapnya? Corak bundar coklat melekat pada bagian dekat tubuhnya, biru terang mewarnai keseluruhan, dan bulatan-bulatan jingga sebagai pemanis. Sayap itu indah. Indah sekali. Aku bertepuk tangan namun kau masih memperhatikan kupu-kupu itu.  Ia masih diam melekat pada daun, mencoba mengepakkan sayap namun sebentar, ia melompat ke batang lain yang jaraknya tak jauh, hinggap, melompat lagi, hinggap, dan tak bergerak lagi. Kupu-kupu itu diam. Hanya diam. Lama sekali. Ada apa dengan si kupu-kupu? Bukankah harusnya ia terbang jauh, memamerkan sayap indahnya pada dunia. Aku masih berharap ia mencoba mengepak lagi. Namun wajahmu terlihat kecewa  dan berkata, kupu-kupu itu tak bisa terbang.

Semua akan indah pada waktunya, huh?

Cerpen ini bercerita tentang sepasang kekasih yang belum move on. Memutuskan untuk berpisah, tapi masih saling mencinta. Masih saling berhubungan. Dan masih saling memiliki harapan untuk membangun masa depan berdua. Perempuan yang rumit dan lelaki yang mencintai perempuan itu dengan segala kerumitannya. “Dan yang paling menyebalkan, sebenarnya aku lelah dengan diriku sendiri.”

-Maradilla Syachridar, Kirana Ketinggalan Kereta-

Syukur

- di suatu tempat
Hanya ada detak dan detik
Detak jantung yang masih berdegup
Yang setiap degupnya menyebut satu nama
Nikmat
Ada detik yang masih berputar
Setiap putarannya hanya merangkul dengan satu nama
Nikmat
Hanya kenikmatan yang ia cari tiap detak dan detiknya
Ia dapatkan semua
Tanpa pernah di antaranya
Terucap rasa syukur

- di sini
Pagi yang cerah, matahari masih terbit di timur
Ada uang untuk mengisi perut
Memasok tenaga untuk menjalani hari
Masih punya sepasang mata, telinga, tangan, dan kaki yang keberadaannya layak
Kerja, kerja
Keringat bercucuran, kulit hitam legam
Matahari masih tenggelam di barat
Ia memejam sambil berkata: "Terima kasih Tuhan."