Kemana Mereka?

Kemarin baru nemu tema bareng anak-anak kelas buat kampanye matkul PR On Media yang bikin kepanitian sekelas (btw, yes. I've choosen Public Relations as my major skill, finally). Temanya sih belum nemu nama yang spesifik, tapi intinya buat ningkatin kesadaran kita, kemana sih mereka mereka, teman-teman kita yang difabel?

Pencetus ide ini, salah seorang teman, waktu maju ke depan kelas dan ngejelasin, cerita satu hal yang menarik saat dia dateng ke seminar yang ngebahas permasalahan tentang isu difabel di Indonesia. Ini ngagetin sih sebenernya, ternyata menurut penelitian 40% penduduk Indonesia penyandang disabilitas. Lah terus mereka pada kemana? Kok gak keliatannya kebangetan. Ternyata ini sebabnya karna di negara ini, fasilitas buat mereka itu minim banget. Sederhana kan? Tapi saya aja baru nyadar.

Ya mereka, kalau aja kita tau, pengen banget gabung sama orang-orang normal lainnya, ikut ngerasain hidup biasa. Mereka juga punya kemampuan yang sama kaya kita buat jalanin kegiatan dan cita-citanya. Tapi yang mereka dapet sejauh ini paling pandangan yang bikin terintimidasi, takut dikatain, dan kembai lagi, mereka nggak disediain 'jalur' buat ngejalanin hidup yang normal.

Kegiatan yang bakal dilakuin kampanye kelas sejauh ini belum dibicarain lebih jauh sih, tapi semoga aja seenggaknya ningkatin kesadaran dan welcome nya kita sama penyandang difabel walau cuma di lingkungan FISIP dulu, semoga kelak menyebar dan jadi kebaikan buat mereka dan kita. Aamiin.

Mangats.

Escape!

Pernah denger kata-kata yang bilang kalo kita disuruh nyiptain hidup yang bikin kita nggak perlu ngelakuin hal semacam pelarian. Hmmm~

Siapa sih yang udah ngejalanin hidup kaya gitu? Hidup mah gaada yang sempurna, adaaaa aja ngerasa kurangnya, adaaa aja capeknya, ngeluhnya. Jadi, kayanya hidup ya emang butuh pelarian. Ngilang dari aktivitas, putus hubungan sama hape, get lost di tengah hutan.

And I’ve feel it recently. Tiduran natap bintang, nyatu sama alam lebih dan lebih, dikelilingi karang..

Escape yang bener-bener escape dari semua escape yang pernah dilakuin selama ini. Kemana?

Kesini...
Sempu Island, 6-7 September 2014

Budak Akademis

Sayangnya api di kepala gak bisa dipadami pake ini.
Akhir-akhir ini lingkungan lagi nggak kondusif. Banyak yang suka marah-marah ga jelas, kesel ga jelas, badmood tiba-tiba, nyinyir sana sini. Kenapa? Feeling like hell.

Pengaruh semester neraka emang sih. Tapi ya gimana ya. Kadang memang menyebalkan aja gitu, buat yang nggak bisa prioritasin mana yang lebih dulu musti dikerjain.

Banyak kegiatan, ngerjain semuanya, aktif sana sini, drop. Imbasnya? Yang paling utama nggak bisa dikerjain. Yah buat beban ke rekan sesama kelompok, kadang.

Kadang juga nemu manusia yang nularin badmoodnya ke sekitar. Bikin suasana nggak enak banget, suer. Gimana ya, mau ngasih tau juga sungkan.

Diimbangi juga buat yang suka ngejudge asal-asalan, plis jangan. Setiap orang punya tanggungjawabnya masing-masing emang. Orang punya hal penting buat diurus, kita juga punya. Dan hal itu pasti beda. Kita nggak bisa maksain orang mikir sama kaya kita, orang harus begini kaya yang kita mau, begitu kaya yang kita pikir bener. Saling ngerti aja.


Karna yang maksa-maksa itu nggak baik toh...

Ini bisa jadi toyoran buat diri sendiri sih. Semoga bisa saling memperbaiki.

Doa

Kemarin aku berdoa pada Tuhan

Agar dijadikannya aku manusia

Agak kurang waras rasanya

Namun ya ini

Sebuah doa dari seorang penentang arus

Yang berpikir semestanya hewan semua

*

Lagi gumam-gumamin liriknya Sting – Englishman In Newyork, lagu yang sempat disebut Andrea Hirata yang saya lupa entah di Laskar Pelangi atau Edensor. Enggak tau deh kenapa lagu itu yang tiba-tiba berdengung sendiri di telinga pas nulis puisi ga jelas ini.

I’m an alien, I’m a legal alien, I’m an Englishman in Newyork~

Newyork, United States. He don’t drink coffee he take tea, dear... Dear? Dear siapa? Ohiya lupa, british kan sekonyongnya aja manggil stranger pake dear. Atau darling, atau luv. Ramah sekali ya. He? Sampe sekarang penasaran sosok pria Inggris yang nyasar ke Amrik ini kaya gimana. Fiuh.


Yang jelas dia nentang arus. Ya gak? Ya gak? Iyain ajadeh.

Renungan Di Kereta

Image from: Google
Hampir ketinggalan kereta
Berat rasanya melangkah meninggalkan kota paling mudah dirindukan sedunia
Meninggalkan delapan manusia-manusia kecil yang menyenangkan, tiap hari membangunkan tidur dengan suara pertengkaran-pertengkaran kecil dan ocehan sayup tak jelas, meminta peluk dan jalan-jalan
Sampai jumpa lagi keluargaku

*

Ada sebuah cerita di persinggahan yang namanya jadi lagu ini
Cerita tentang perpisahan kesekian
Rindu yang akan ada atau tidak, hadir atau enggan, merekah atau layu
Tentang isak diam-diam dari balik jendela kereta yang mulai melaju

*

Di gerbong ini tak ada yang menjadikannya sebagai tujuan akhir
Ia hanya jadi persinggahan
Kasihan

*

Andai kereta ini singgah sedikit lebih lama
Aku ingin melarikan diri sebentar ke Simpang Lima
Walau tak sebesar ingin ke Eiffel
Kapan-kapan kau kudatangi ya
Tunggu disitu
Waktuku belum ada

*

Orang-orang tertidur pulas
Dua anak kecil meniup peluit mainan dan tertawa-tawa
Berisik
Namun mereka lucu sekali (tak ada anak kecil yang tak lucu)
Tidak mau tau apa semua orang marah karena kegaduhan yang mereka lakukan, mereka tetap bermain
Bahagia
Jauh beda dengan dewasa, terkungkung aturan-aturan
Serta penghakiman antar manusia.


(Tugu Yogyakarta-Solo Balapan-Nganjuk-Kediri-Tulungagung-Blitar-Kepanjen-Malang Kotalama-Malang,  9-10 Agustus 2014)

Late Post: Blog's 3rd Anniversary

Mungkin tulisan-tulisan saya nggak layak disebut puisi dan semacamnya, namun saya harus menganggapnya begitu karena hanya itu cara buat saya menghargai rasa suka nulis. Mungkin tulisan-tulisan saya nggak ada yang memahaminya dan nggak punya makna buat yang memiliki kemampuan menulis lebih, namun sesungguhnya apa yang udah tertulis cuma buat menuangkan rasa. Saat nulis, saya nggak peduli apapun, diksi, rima, dan lainnya. Saya sombong saja menganggap siapapun yang membaca mengerti apa yang saya rasakan dan alami.

Siapapun ia, siapapun yang berbaikhati membaca tulisan saya, terima kasih banyak ya. Saya berharap suatu saat bertemu orang-orang itu, yang membaca dan mengerti, bahkan siapa tau melewati hal yang sama. Kalau saat itu datang, saya bakal jadi orang paling bahagia di bumi.

Saya dengan segala keterbatasan mencoba untuk mengabadikan hidup dalam tulisan pun gambar. Mencoba membuatnya terlihat baik-baik, membuat hal-hal kecil menjadi suatu keindahan besar. Saya nggak terlalu peduli seberapa banyaknya yang merasa aneh, heran, dan bahkan kesal saya tak pernah absen membagikannya.

Karena, semua ini semata-mata hanyalah cara saya menghilangkan sepi dan berekspresi.

Selamat ultah yang ketiga tahun blog tercinta :)

- 28 Juni 2014

(Habis ngebaca http://febiolaaditya.blogspot.com/2012/07/satu-tahun-untuk-tulisan-feby.html tulisan buat utah blog yang pertama, waktu itu namanya masih Tulisan Feby, wish nya gak jauh beda ehehe. Wih ga kerasa udah 3 tahuuun, semoga semakin produktif. Aamiin...)

Salam senyum,

Feby.
I love this pic. Like really. Makes my busy and overthinking mind calm down again.

Mengikuti Arus

Saat Ujian Tengah Semester 4 lalu dalam mata kuliah Cultural Studies saya diharuskan menulis artikel tentang Dekonstruksi. Kecintaan saya terhadap musik membuat saya langsung ingin menulis tentang musik underground, kutub lain terhadap musik mainstream. Yang saya tahu mengenai penikmat kutub underground itu berupa sekelompok orang-orang yang hadir di gig sebuah band musik yang tidak terkenal tapi ‘ada’ juga yang suka. Dan mereka ini kemudian menamai diri sebagai ‘anti’mainstream.

Memberontak. Menurut saya dekonstruksi istilah kasarnya begitu. dan pelaku-pelakunya adalah si pemberontak. Para pelaku dekonstruksi mencoba melakukan enlightment atau pencerahan, bahwa ini lho yang dikejar-kejar orang saat ini dan ini lho kita punya yang lebih keren dan lebih bisa membuatmu menjadi orang keren. Suatu alternatif. Hollywood, kini tak lagi menampilkan sosok wanita berkulit hitam sebagai golongan terbelakang dan tak penting saja kini, malah mereka kini menjadikan sosok wanita berkulit hitam sebagai pemeran utama yang notabene-nya harus cantik, dan kita tahu definisi cantik bagi Amerika adalah berkulit putih, tubuh semampai, berambut panjang dan pirang. Lupita Nyong O adalah salah satunya, ia berasal dari Kenya dan tahun 2014 adalah tahunnya, ia dipuja dan kebanjiran penghargaan.

Kembali ke musik underground, saya menempatkan aktor-aktor dibalik musik ini sebagai pemberontak dan para penikmatnya adalah orang-orang yang tercerahkan.

Pernah mendengar tentang band Koil? Koil adalah band beraliran rock yang berasal dari Bandung, berdiri pada tahun 1993, dengan formasi Otong (vokal), Doni (gitar), Imo (Bass) dan Leon (Drum). Sejak awal berdiri saja mereka sudah melakukan hal-hal tidak lazim pada masa itu, sebut saja memasukkan unsur sampling dalam musik mereka seperti suara-suara yang ada di sekitar kita, suara aliran air, besi yang dipukul, dan sebagainya, lirik-lirik yang lugas menunjukkan kegelapan dan kekosongan hati serta lirik berbahasa Indonesia yang jarang digunakan dalam musik rock, memasukkan unsur tarian dan fashion dalam aksi anggungnya, serta yang paling ‘underground’ sekali tingkahnya adalah mendistribusikan album mereka  lewat jaringan distro-distro di Jakarta dan Bandung , pemesanan lewat pos, dan beberapa toko kaset.

Ya, menjadi rebel itu menjual.

Buktinya Koil dipuja saat itu, gig mereka selalu padat oleh penggemarnya (dan kita tahu konser band underground itu padatnya seberapa? Intinya kita masih bisa bernapas di lautan penonton itu.) Sampai pada akhirnya penggemar mereka meluas, label rekaman besar pun mereka dapatkan. Dan tak perlu terkejut, kutub underground menjadi usang pada nama mereka. Koil menjadi band musik mainstream.

Namun, ada yang menarik dalam band dengan lirik-lirik lagu lugas ini. Saya pernah membaca dalam kolom komentar blog bernama Music Blur dengan artikel berjudul Pemberontakan Musik Sudah Mati, satu hari mereka tampil di Bandung Berisik, hari lainnya dengan congkak tampil di Dahsyat. Iya, Dahsyat. Acara musik super mainstream dengan segala kealayan yang ada didalamnya. Mereka tanpa ragu, hanya bermain. Dan kemudian dalam salah satu interview dengan cuek Otong sang vokalis berkata, “Idealisme kami hanya sebatas Nominal”.

Ketika antimainstream menjadi mainstream. Adalah bahwa Koil tetaplah Koil, band underground yang usang dimakan jaman dan segala tuntutan untuk bertahan di dalamnya. Bahwa untuk menjadi pemberontak tidaklah mudah, dekonstruksi tetaplah sebuah alternatif, yang hanya disinggahi sepintas lalu.

Ini adalah semua pikiran yang ada di kepala saya sesaat setelah dosen saya memberi tugas UTS ini kepada kami. Hasil dari pernyataan bahwa saya mencintai musik, mengobak-abik Google mendalami musik underground, hingga akhirnya ‘mengenal’ Koil dari artikel-artikel berita dan musik.

Namun pada akhirnya, saya tidak jadi menuliskannya. Kenapa? Saya takut salah, padahal sudah konsultasi dengan dosen tersebut. Saya hanya harus mencari subjek lebih jelas untuk dibahas dalam tulisan itu. Tapi karena teman-teman saya tidak ada yang membahas subjek dekonstruksi yang mirip seperti apa yang sudah saya pikirkan. Pada akhirnya saya berpikir lagi, daripada salah, mendingan saya ngikut yang banyak dibahas aja dan sudah pasti benar seperti yang teman-teman saya lakukan. Akhirnya saya menulis dekonstruksi untuk mencerahkan pemikiran tentang logat Medok yang dianggap mempengaruhi kemegapolitanan suatu kota.


Memang, lagi-lagi mengikuti arus itu yang paling aman.

Juni

Bulan Juni udah masuk hari kedelapan. Saya lagi di kamar, pandangan saya lurus ke laptop tapi pikiran saya melaju jauh ke belakang. Ke beberapa bulan belakangan ini. Saya nggak tahu kenapa setiap pengen nuangin perasaan ke blog ini saya ngerasa nggak bisa seluwes dulu lagi, ada aja yang ketahan. Walaupun memang dulu tiap curhat di blog saya nggak pernah curhat macem-macem, paling seputar kegiatan, keinginan-keinginan ajaib, dan hal-hal random yang otak saya ciptain. Saya juga ngerasa dulu saya sering nulis tentang pencapaian-pencapaian atau perjalanan nggak terduga yang saya alamin setelah sebelumnya saya udah menuliskannya terlebih dahulu. Saya merasa saat itu hidup saya terkonsep (yang gak terduga itu memang hal yang nggak terkonsep, tapi seenggaknya pernah kelintas di pikiran saya dan alhamdulillah dengan nggak terduga dan saya juga masih ada usaha buat ngewujudin itu jadi bisa tercapai), nggak berantakan, dan saya memaknai semuanya (saya masih menuliskannya dalam diary setiap hari). Tapi kok beberapa bulan belakangan ini saya mikirnya go with the flow, hidup berjalan datar tanpa ada naik turunnya, saya nggak punya pencapaian yang ingin saya raih lagi, saya sudah sangat amat jarang nulis diary (bahkan kadang saya menulis sebulan dua bulan sekali, jadi semacam rangkuman apa yang kejadian di hidup saya selama nggak menulis disana) yaudah, tanpa adanya tujuan, saya cuma sekedar merangkum, bikin kesimpulan. Saya nggak membuat analisis, saran, dan daftar pustaka disana, kalau diibaratkan nulis makalah. Saya cuma jadi budak kampus, dipotong waktu tidurnya, dikuras tenaganya, dinaikin minus kacamatanya, diobrak-abrik jadwal makannya, cuma buat sebuah nilai. Buat tugas-tugas yang nggak ada habisnya. Emang sih nggak boleh ngeluh, toh masih semester empat, masih di gerbangnya neraka, saya belum masuk semester selanjutnya yang benar-benar akan seperti neraka. Tapi saya cuma mau ngasih tau bahwa ya cuma itu yang saya lakuin, jadi budak kampus, main sama anak-anak kalo lagi kosong, dan nggak punya waktu buat produktif.

Banyak mimpi yang udah saya kubur dalam-dalam, banyak harapan yang nggak pernah saya patri di hati lagi, semuanya cuma karna saya bingung. Iya saya bingung. Saya bingung harus ngapain kedepannya. Sementara 19 sudah hampir berakhir, saya belum ngehasilin apa-apa buat ngebanggain Mama Papa, selain nilai akademik semester yang alhamdulillah nggak bikin mereka kecewa. Ya, mungkin untuk sekarang cuma itu yang bisa saya kasih ke mereka makanya saya jadi orang bingung gini, mungkin saya harus mikir lagi. Harus banyak-banyak mikir. Supaya punya tujuan lagi.

Saya sudah lama nggak curhat disini, dan sekalinya curhat penuh sama keenggakjelasan. Yaudahsih, toh saya juga masih mikir. Nanti kalo saya udah selesai mikir, saya janji nggak akan nggak jelas lagi. Ada yang pernah  atau lagi ngerasain hal yang sama? Berbagi pukpuk yuk hehe.

Memasuki minggu tenang, kemudian UAS. Bismillahirrahmanirrahiim. Please be nice to me, Juni.

Salam senyum,

Feby.

Rahasia

Tahu apa yang membuat sebuah hal indah?
Rahasia
Bukan, aku tak menyembunyikan jawabannya
Itu jawabannya, rahasia

Ada beberapa hal yang tak harus memiliki jawaban agar menjadikan dirinya indah
Seperti mengapa hingga detik ini hanya satu nama itu yang masih menjadi langit untuk kujunjung dan bumi untuk kupijak

Kau mengerti?

Seperti Alif Lam Mim
Indah, sebab hanya Allah yang tahu.

Karna Kita Masih Mampu

Kepada waktu yang hingga kini tak kukenali
hujan turun malu-malu
ditahannya beban yang berhari-hari awan pikul
kau tahu
ada sedih yang menggantung di sudut senyumku
ada ragu di antara hembusan nafas panjangmu
tetaplah bertahan
jika kau tanya mengapa
akan kujawab esok saat hujan tumpah bersama gelegar petir


bertahanlah

karna kita masih mampu.

Atas Nama Malam


langit muram, kau pun tahu
angin menyapu musim, gerimis melintas
pada senja selintas, aku tak tahu
masihkah ketemu malamku
kamu adalah mimpi itu, siapa tahudalam jejak senyap semalam
menatap hujan,
tiada bertanya sedu atau sedan

kukirim pesan singkat menjelang senja
bilang, aku akan berjaga-jaga disudut lengang
bilang, aku berharap saat dia lewat
dia mau buka kaca jendela agar bisa kulihat walau
sekelebat

aku hanya rindu
terlalu

(dikutip dari cerpen: Senja dan Sajak Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)

Lagi PMS

Gimana rasanya?

Oke, sini-sini tak tulisin.

Perutmu mulai kram. Nggak kaya kram kaki abis main futsal, kramnya di perut, nggak normal. Ini kram yang ‘sialan kampret dorr dorr aku pengen guling-gulingan di bukit terus kepentok terus pingsan’. Kamu juga ngerasain pinggangmu nyeri. Itu emang buka yang terparah, tapi itu bener-bener bikin nggak nyaman dan bikin susah tidur. Bahkan tidurpun terasa salah, apalagi berdiri, apalagi duduk.

Darah ibarat air terjun. Berdiri, air terjun itu ngucur. Batuk, air terjun tumpah. Paranoid kalo tembus. Dan puncaknya, kamu gampang marah, depressi, ngomel-ngomel, badmood, dan ngerasain sakit luar biasa di saat yang sama. Kamu pengen pingsan bentar dan makan semuanya yang ada di depan mata.

Dan kamu harus merasakannya sebulan sekali bersama hari-harimu yang sibuk dan dipenuhi tugas.

Good enough explanations, girls?


*high five*

Kenal Dia, kan?

Sesungguhnya ini bukan sekedar kaki yang melangkah.
Tapi tentang satu payung yang harus dipilih diantara jutaan payung yang ada di hadapan untuk menembus hujan badai.
Semua yang tak disuka dan apa yang terpaksa disuka.
Semua yang telah diusahakan bukan yang disia-siakan.
Menuju tempat dimana kesendirian tak pernah terasa.
Kau kenal Dia, kan?

Dia itu pemiliknya.

Tidak Biasa


Jangan menunduk saat menangis, sayang. Menunduklah saat berdoa, sebab Tuhan ada di hati. Lihatlah ke atas, lihat gumpal langit disana. Airmata akan kembali ke pelupuk. Tangismu akan redam. Ingatlah, sayang. Selalu ada detik ke enam puluh satu dalam semenit dan jari keenam di satu telapak tanganku. Karna cinta bagimu lebih dari biasa.

Lupa

Kalau semua yang kau inginkan terwujud apa kau siap?
Terkadang aku menerawang sampai sana.
Semua kecewa yang jatuh tepat di muka kita itu sebenarnya suatu butuh bukan ingin.
Amboi!
Penerawangan itu berujung sadar kini.
Saat ingin itu terwujud.
Ternyata gunanya nihil. Kosong. Sia-sia.
Entahlah.
Aku merasa hilang arah, aku menangis-nangis memarahi Tuhan.
Mungkin aku lupa kalau Tuhan yang punya kompas, dan dia bisa suka hati mengambilnya.

Iya, aku lupa hidup ini bukan milikku saja.

Pulang

Kalian arsitek-arsitek hebat,
atau siapapun.
Tolong bangun jembatan dari ujung timur Jawa ke ujung utara Sumatra,
bisa tidak?
Perjalanan membelah awan terlampau mahal dan aku tak pernah benar-benar memperhatikan petunjuk keselamatan yang di peragakan pramugari.

Aku lelah bersilat lidah.
Aku terlalu malas jadi pembual.
Aku ini tak ada apa-apanya.
Sungguh.

Siapapun,
aku ingin bisa melarikan diri sebentar-sebentar.

Beberapa Pertanyaan


Kira-kira kalo para lelaki baca postingan ini bakal jawab gak ya? Hehe gaada kerjaan ajasih.

Hai kalian! Mau nanya nih.
Siapa sih perempuan yang lagi ada di pikiran kalian sekarang?
Yang wajahnya langsung nongol di kepala kalo ada yang ngomongin cinta, atau sayang, atau rindu?
Perempuan yang kamu pengen banget ngejagain,
pengen kamu peluk gitu pas capek,
ngapus air matanya kalo nangis?
Pengen kamu liat senyumnya kalo kamu kasih kado,
kamu kangenin ocehannya kalo marah,
denger ceritanya kalo lagi sepi?

Siapa? Siapa ya? Hayo siapa?


Hahahaha.

(Tulisan iseng abis nonton Frozen.)

Cinta: Gambar Memeluk Bayangan Cerita Batu Kerikil


Mungkin cinta itu kayak batu kerikil. 
Ada banyak di jalanan. 
Tapi kita sering nggak sadar, 
sampe dia masuk ke sepatu, 
dan keinjek.

Merenung Sambil Nyanyi

Selalu mikir, kenapa ya orang cantik dan ganteng dan ya apapun namanya yang berupa indah itu selalu (terlihat) benar? (Saya  tau itu relatif tapi jangan munafik ya pasti ada standar yang hampir sama saat ngeliat fisik satu orang dan kita langsung bilang dia cantik/ganteng.)

Tapi barusan saya jalan-jalan di blog orang terus nemu quote dan gambar ini:

"Sejatinya wanita adalah yang tidak memandang dan tidak dipandang."



Terus saya merenung. Sambil nyanyi.

Indonesia Dulu Lah: Bagian V (Jawa Tengah & Bali)

Untuk dua tempat terakhir ini sedikit istimewa menurut gadis itu. Karena sebelum pernah terpikir untuk bisa menginjakkan kaki di dua tempat itu dan sebelum pernah merasakan secara langsung berada di tempat, gadis itu sudah duluan membuat sajak dan memusikalisasikannya. Dan ajaibnya, tidak lama setelah menyajak dan memusikalisasikan tentang tempat itu, si gadis diberi Allah kesempatan (waktu, fisik, dan kegiatan tabung menabung seperti biasa) untuk menginjakkan kaki di dua tempat indah itu. Yogkyakarta yang ngangenin dan Bali yang eksotis.

Gadis itu menggembelkan diri lagi dengan menempuh perjalanan kereta api Malang-Jogja selama delapan jam sendirian. Nekat saat minggu tenang sebelum ujian akhirnya di pertengahan 2013. Ia memasrahkan nasib selama 3 hari di rumah bude yang ia temui saat kecil dulu dan belum pernah bertemu lagi hingga saat itu, juga menggantungkan nasib petualangannya di Jogja kepada sahabat yang digembelinya di Pacitan dulu. 3 hari adalah waktu yang sangat amat singkat untuk mengelilingi Jogja. Tapi ia tak menyesal, setidaknya kepenatannya menuju UAS hilang karna Jogja. Foto itu adalah saat ia kembali ke masa kanak-kanak dengan bermain gelembung sabun di Alun-alun Selatan. Ya, dia mencoba untuk berlari dengan menutup mata ke arah pohon besar fenomenal itu, tapi berhenti di tengah jalan. Entah kenapa.  
Sejauh ini, mungkin menurut gadis itu foto inilah yang paling bagus ia ambil dalam perjalanannya. Ia sangat menyukai foto ini. Candi Borobudur. Dulu ia bertanya-tanya bagaimana rasanya menginjak salah satu dari tujuh keajaiban dunia itu dulu, melihat di TV, buku-buku pelajaran sekolah, serta album foto keluarganya. And there she is. Panasnya edan, pantas Mamanya menyuruh bawa payung.
Djendelo Cafe. Gadis itu tahu tempat minum kopi unik ini setelah membaca novel Bernard Batubara berjudul Kata Hati yang juga difilmkan itu. Ia sangat penasaran bagaimana cozy-nya cafe yang terletak di atas toko buku Togamas jalan Gejayan ini. Ternyata aura di cafe ini benar-benar nyaman dan sangat jadul, mulai dari gaya tulisan di menu, nama-nama menu, perabot, kursi, dan dinding serta lantai kayunya. Recomended.
Malioboro, bro. Ikonnya Jogja. Memang ya, walaupun bolak-balik dikelilingi semalaman gak capek dan gak pernah cukup nikmatin daerah ini. Ala kra project, "Musisi jalanan mulai beraksi~" Gadis itu mengagumi keromantisan dan keriuhan Malioboro. Ia jatuh cinta pada Malioboro dan berjanji suatu saat akan kembali lagi.
Gadis itu melompat dan berpetualang di Bali selama sepuluh hari pada pertengahan 2013 sesaat setelah kembali ke kampung halaman. Hura-hura? Boros? Tidak, apalagi kalau bukan menggembelkan diri di rumah sahabat yang tinggal disana bersama Ibu yang rajin masak dan alhamdulillah memiliki kendaraan untuk kami pakai berpetualang. Cak cak cak cak. Gadis itu mengetahui tari kecak sebatas suara itu saja, padahal banyak sekali harmonisasi suara yang digumamkan saat tarian ini berlangsung. Satu hari dihabiskan dengan menjelajahi Ubud yang keseniannya kental sekali, daerahnya keren unik, dan aaaah Ubud is good pokoknya. Penjelajahan di Ubud diakhiri dengan menonton pertunjukkan Kecak and Fire Dance di Pura Dalem Ubud. Untuk nonton pertunjukan ini delapan puluh ribu harus rela keluar. Tapi gak sebanding lah dengan penghargaan kita buat budaya Indonesia. Waktu gadis itu, sahabatnya, pacar sahabatnya, dan adik sahabatnya itu menonton hanya merekalah orang Indonesia yang ada disana, selebihnya turis asing semua. Ckckck. Ohiya jangan lupa untuk membaca kertas naskah pertunjukan itu ya, kalau nggak ya nggak bakal ngerti ceritanya. Over all, Ubud pecah banget.
Monkey Forest, Ubud. Jangan make aksesoris apapun waktu jelajahin daerah ini bahaya. Gadis itu harus rela lagi tiga puluh ribu terkuras untuk melihat aksi monyet-monyet lucu disana. Tapi sekali lagi, terbayar dengan keseruan-keseruan yang terjadi di dalamnya. Lucu.
Museum Renaissance Blanco. Gadis itu dulu berlangganan majalah Gadis, dan pernah membaca artikel tentang Antonio Blanco dan Mario Blanco anaknya. Dan gadis itu tak pernah menyangka, ia bisa masuk dan melihat langsung lukisan bapak dan anak itu langsung di museumnya. Tidak diperbolehkan memoto lukisan disana. Saat masuk kita langsung disambut dengan penjaga yang menawarkan kita untuk berfoto bersama burung jinak disana. Lagi-lagi, Ubud benar-benar menguras uang, tiga puluh lima ribu harus rela gadis itu keluarkan untuk menikmati pelukis yang sangat ia jatuhi rasa penasaran itu. Di akhir penjelajahan di museum kita disuguhkan dengan koleksi barang-barang antik (sudah diperbolehkan foto) dan bonus segelas es teh di restoran yang harga makanannya wow sekali. Museum Blanco sejauh itu benar-benar keren.
Perjalanan gadis itu selanjutnya semakin eksotis dengan kejutan dari Pantai Balangan. Biru dimana-mana. Hijau sepanjang mata memandang. Dan di pantai inilah, gadis itu mendapatkan sunset pertamanya..
 Sunset kedua di Pantai Kuta. Setelah berkeliling di Beachwalk.
 Sunset ketiga di Pantai Padang-padang. Eksotis.
 Singgah sebentar di Pantai Pandawa.
Dua teman berjalan gadis itu susah sekali bangun pagi. Dan pada hari kedelapan akhirnya gadis itu baru bisa dapetin sunrise di Pantai Sanur.
Pemandangan bonus di Pantai Pandawa. Patung-patung kapur.
Pertama kali memancing di Pemancingan Lestari. Sepuluh ribu satu pancing beserta umpannya. Menyenangkan ternyata memancing itu.
 Pura Agung Tanah Lot. Sedang surut so that girl could see the 'holy' things. Ada suasana magis di Pura ini.
 Pura Dalem Agung.
Dan terakhir, Uluwatu. Allah emang keren.

Sajak gadis itu?
Yogyakarta: https://soundcloud.com/febiolaaditya/yogyakarta
Bali: https://soundcloud.com/febiolaaditya/bali-pembacaan-sajak-oleh
Terimakasih ya untuk yang sudah mendengarkan sejauh ini :)

Iya gadis itu adalah saya. Saya masih pengen banget jelajahin Indonesia sampai ke Papua sampai ke pelosok yang saya sendiri nggak pernah bayangin sebelumnya. Karena Indonesia itu kaya banget, alamnya budayanya, orang-orangnya. Semua berawal dari Dwiwarna, hingga kini saya bisa ngelihat lebih dari dua warna, saya ngeliat pelangi. Pengen ngeliat ciptaan-Nya yang lebih keren lagi. Nabung, nabung, nabung. Karna tiap ada kemauan pasti ada jalan kan ya? Ehe. Bismillahirrahmanirrahim.... Indonesia dulu lah ;)

Indonesia Dulu Lah: Bagian IV (Jawa Timur)

Jawa Timur = surganya para petualang. Seriously, buanyak sekali tempat-tempat yang parah kerennya di provinsi ini. Gadis itu nggak salah memilih tempat kuliah memang, janji dalam hatinya untuk berpetualang dimudahkan dengan tinggal di satu kota kecil romantis bernama Malang beserta teman-teman dengan kegilaan akan berpetualang yang sama dengannya. 

Gadis itu akan membuka cerita dengan sunrise dari atas Villa Putih kota Batu, pada pagi hari saat ia baru membuka mata dan langsung berlari ke arah balkon mendapati sunrise seindah ini. Gadis itu sudah menjadi fotografer amatir sekarang, dibantu dengan aplikasi Instagram. Ha. Ha.
Menggembelkan diri lagi dengan menumpang selama beberapa hari di rumah seorang teman di Surabaya pada akhir 2012. Gadis itu tidak menyangka Surabaya sepanas itu. Namun ia terkagum-kagum dengan tata kota Surabaya yang benar-benar modern. Di Tugu Sura dan Baya ini, ia seperti sedang berada di televisi. Karna ia melihat Surabaya sebatas tugu ini saja di layar kaca.
Melompat ke awal tahun 2014. Gadis itu mendapati dirinya tersesat di suatu tempat dengan pemandangan luar biasa. Nama tempat itu adalah Taman Nasional Baluran, Banyuwangi. Keindahan tempat itu tidak cukup digambarkan dengan satu foto, jadi ia hanya mampu menunjukan poster yang terlihat sebelum memulai petualangan disana. Complete area to the explorer. Berbagai macam satwa (mostly, monkey), padang savana, gunung yang super keren, tempurung kepala banteng, sampai pantai? Ada. Ohiya, usahakan naik mobil ya kalau ingin kesini, perjalanan masuknya berpuluh kilometer dengan kondisi jalan yang lumayan parah.
Kembali ke akhir 2012, gadis itu singgah ke Taman Bungkul. Dan kembali lagi ke taman indah ini pada pertengahan 2013, dengan tujuan selanjutnya bersama teman-teman gilanya = Gang Dolly (bener nggak sih tulisannya?) Seriously, mereka melewati gang tak terdefinisikan itu dua kali. DUA kali karna penasaran. Mereka di dalam mobil saudara-saudara, tenang saja. Edan.
 Awal 2014, pada suatu sungai di Lawang. Gadis itu tergila-gila akan suasana tenang disana.
Selecta, terletak di kota Batu. Taman bunga yang luas, pemandangan persawahan dari atas, kolam renang, aquarium raksasa, tempat membeli oleh-oleh. Pertengahan 2012 dan akhir 2013 gadis itu menginjakkan kaki di tempat keren ini. Biaya masuknya, sediakan saja dua puluh ribu per orang. Entah sekarang sudah berapa gadis itu pun lupa.
Taman Baca Amin terletak di kota Batu. Tepat di sebelah Jawa Timur Park I. Percayalah tempat ini benar-benar keren parah. Tenang dan nyaman. Cocok untuk nulis. Yang kurang disini: buku sastra (karna kebanyakan buku anak), kopi, dan colokan. Taman Baca ini dibangun dari kontainer warna-warni yang ditumpuk sedemikian rupa, dengan kursi-kursi yang strategis untuk membaca karena disuguhkan dengan balkon plus angin sejuk dan pemandangan gunung. Gadis itu memfavoritkan tempat ini.
Pacitan, lebaran 2012. Ia menggembelkan diri lagi di rumah seorang sahabatnya selama lima hari untuk merayakan lebaran bersama keluarga sahabatnya itu. Enough said, gambar ini cukup menggambarkan keseluruhan petualangan di Pacitan mulai dari pantai-pantai nggak waras yang seperti tanpa penghuni dan terisolir padahal indahnya luar biasa, menjaga warung, naik pick up kemana-mana, melihat kumpulan kapal nelayan di pantai yang sedang pasang, melewati kediaman Pak SBY dulu, dan lainnya. Iya, gadis itu sedang tergila-gila dengan Perahu Kertas makanya posenya seperti itu. Abaikan.
Paiton, pembangkit listrik Jawa-Bali. Percayalah, memandangi Paiton saat malam hari itu, cantik sekali. Sangat. Gadis itu sudah berulang kali melewati Paiton namun tetap berulang kali pula kekagumannya tidak luntur.
Pantai Bajulmati, Malang Selatan. Katanya sih Pantai Bajulmati itu ada dua, nah yang gadis itu singgahi pertengahan 2013 ini adalah yang Bajulmati satu. Entahlah. Anyway, waktu gadis itu datang kesana bagaikan pantai pribadi, sepi...... Pasirnya nggak putih, tapi hitam. Ada kapal-kapal nelayan yang lewat, dan bisa minum air kelapa dengan santainya kaya foto di atas. Sluuurrrppp.
Kota Batu dan Malang dari atas gunung yang katanya namanya Gunung Banyak. Tempat ini lebih dikenal dengan nama Paralayang sih. Gadis itu empat kali tersesat di sana.
Kebun Teh Wonosari, terletak di Lawang. Tempat ini menjadi tempat langganan untuk mendinginkan kepala gadis itu selepas ujian akhir bersama teman-teman senasib sepenanggungannya.
Kawah Ijen, Bondowoso. Gadis itu mendaki di gunung Ijen ini di akhir tahun 2013. Pendakiannya 2 jam an dan medannya curam, berbatu-batu, dan banyak pembawa batu belerang yang naik turun, kalo kita nggak hati-hati kemungkinan muka atau kulit tangan bisa kegesek atau nyenggol panggulan batu belerang yang mereka bawa. Pokonya medannya berat banget, sepatu gadis itu rusak disana untung aja temannya ada yang bawa sendal gunung. Fiuh~ Lihat asap putih tebal itu kan? Kalau masih gelap asap itu warnanya biru, jadi kaya ada api biru gitu dari dalem kawah dan itu keren banget, dikenalnya sih Blue Fire. Sayangnya gadis itu nggak kedapetan ngeliat karena macet dijalan dan kepagian sampai kawah, tapi tetap terbayar dengan desainnya Allah sepanjang perjalanan dan pastinya kawahnya itu. SubhanAllah memang...
Jawa Timur Park I, kota Batu. Dufannya Malang lah. Masuknya juga lebih murah ahaha. Gadis itu menaklukan semua wahana disana bersama keluarga barunya (kelas C.IK). Jatim Park ada dua, yang Jatim Park 2 isinya ada Batu Secret Zoo, Eco Park, dan hotel yang desainnya seperti pohon. Cool.
Pantai Goa Cina, pertengahan 2013. Terletak di Malang Selatan. Arus pantai ini deras banget, beda jauh sama Bajulmati yang tenang. Susah untuk nyebur disini. Lebih enak buat foto-foto aja. Pemandangannya, pecah men. Katanya sih di dalem batu itu goa, terus ada yang bertapa disana, orang Cina. Entahlah.
Bromo. Enough said, ini ikonnya Jawa Timur kayanya. Gadis itu sudah tersesat disini dua kali. Percayalah, pemandangan disana jauh lebih indah dari foto yang terambil dari atas motor yang sedang jalan ini.
Berburu candi! Akhir 2012, menemukan candi Sumberawan di Singosari. Jalan masuknya 200 meter, dan kita disuguhkan dengan pemandangan pohon-pohon tinggi seperti di Twilight dan sungai dengan air jernih.
Kembali ke Surabaya, berhubung saya menggembelkan diri pada teman saya yang tergila-gila dengan CLS Knights jadilah saya ikut dia nonton pertandingan yang ternyata seru juga, lumayan ngeliat cowok-cowok keren main basket dan teriak-teriak gajelas gitu, di DBL Arena langsung men! Gadis itu terharu~
Kembali berburu candi, ini adalah Candi Singosari. Gapake jalan lagi, langsung parkir, dan bisa naik dan masuk kedalam candinya. Keren sekali peninggalan kerajaan ini.
Batu Night Spectacular. Penuh lampion berbagai bentuk, gadis itu suka sekali dengan lampion bentuk menara Eiffel. This place is an excelent place to you and your lover guys. 
Alun-alun Batu. Entah berapa kali gadis itu terdampar disini. Bianglala nya indah. Tamannya indah. Semua yang ada disana indah. Ada beberapa lampion seperti di BNS juga, tapi kalau disini kita menikmatinya gratis, di BNS berbayar (15 ribu last time I'm going there).
Air Terjun Madakaripura, Probolinggo. Jangan melongo ngeliat foto ini ya, iya emang sekeren itu ciptaan Allah. Gak paham lagi sama air terjun ini. Jalan ke dalam harus siap basah, karna ada hujan abadi (semacam air terjun terpisah-pisah membentuk hujan di satu spot, mesti pake sendal atau apapun yang nggak gampang copot keseret arus sungai karena harus ngelewatin beberapa aliran sungai yang deres, dan harus siap terkagum-kagum. Sehari sebelum Idul Adha tahun 2013 gadis itu habiskan disana dan bermalam takbiran di alun-alun kota Probolinggo bersama teman-teman baru yang menyenangkan.
Agrowisata Batu. Mau petik apa gadis itu di pertengahan 2012 nya? Jambu, apel, stroberi?

Gadis itu pernah menuliskan perjalanannya dengan lebih lengkap disini:
1. http://febiolaaditya.blogspot.com/2012/10/my-journey-bagian-1-brawijaya-dan-jp.html
2. http://febiolaaditya.blogspot.com/2012/10/my-journey-bagian-2-batu_4.html
3. http://febiolaaditya.blogspot.com/2012/10/my-journey-bagian-3-bandung-jakarta.html

Jawa Timur, gadis itu menyimpan harapan untuk mendaki Mahameru. Sampai jumpa di bagian kelima, Jawa Tengah & Bali!