Juni

Bulan Juni udah masuk hari kedelapan. Saya lagi di kamar, pandangan saya lurus ke laptop tapi pikiran saya melaju jauh ke belakang. Ke beberapa bulan belakangan ini. Saya nggak tahu kenapa setiap pengen nuangin perasaan ke blog ini saya ngerasa nggak bisa seluwes dulu lagi, ada aja yang ketahan. Walaupun memang dulu tiap curhat di blog saya nggak pernah curhat macem-macem, paling seputar kegiatan, keinginan-keinginan ajaib, dan hal-hal random yang otak saya ciptain. Saya juga ngerasa dulu saya sering nulis tentang pencapaian-pencapaian atau perjalanan nggak terduga yang saya alamin setelah sebelumnya saya udah menuliskannya terlebih dahulu. Saya merasa saat itu hidup saya terkonsep (yang gak terduga itu memang hal yang nggak terkonsep, tapi seenggaknya pernah kelintas di pikiran saya dan alhamdulillah dengan nggak terduga dan saya juga masih ada usaha buat ngewujudin itu jadi bisa tercapai), nggak berantakan, dan saya memaknai semuanya (saya masih menuliskannya dalam diary setiap hari). Tapi kok beberapa bulan belakangan ini saya mikirnya go with the flow, hidup berjalan datar tanpa ada naik turunnya, saya nggak punya pencapaian yang ingin saya raih lagi, saya sudah sangat amat jarang nulis diary (bahkan kadang saya menulis sebulan dua bulan sekali, jadi semacam rangkuman apa yang kejadian di hidup saya selama nggak menulis disana) yaudah, tanpa adanya tujuan, saya cuma sekedar merangkum, bikin kesimpulan. Saya nggak membuat analisis, saran, dan daftar pustaka disana, kalau diibaratkan nulis makalah. Saya cuma jadi budak kampus, dipotong waktu tidurnya, dikuras tenaganya, dinaikin minus kacamatanya, diobrak-abrik jadwal makannya, cuma buat sebuah nilai. Buat tugas-tugas yang nggak ada habisnya. Emang sih nggak boleh ngeluh, toh masih semester empat, masih di gerbangnya neraka, saya belum masuk semester selanjutnya yang benar-benar akan seperti neraka. Tapi saya cuma mau ngasih tau bahwa ya cuma itu yang saya lakuin, jadi budak kampus, main sama anak-anak kalo lagi kosong, dan nggak punya waktu buat produktif.

Banyak mimpi yang udah saya kubur dalam-dalam, banyak harapan yang nggak pernah saya patri di hati lagi, semuanya cuma karna saya bingung. Iya saya bingung. Saya bingung harus ngapain kedepannya. Sementara 19 sudah hampir berakhir, saya belum ngehasilin apa-apa buat ngebanggain Mama Papa, selain nilai akademik semester yang alhamdulillah nggak bikin mereka kecewa. Ya, mungkin untuk sekarang cuma itu yang bisa saya kasih ke mereka makanya saya jadi orang bingung gini, mungkin saya harus mikir lagi. Harus banyak-banyak mikir. Supaya punya tujuan lagi.

Saya sudah lama nggak curhat disini, dan sekalinya curhat penuh sama keenggakjelasan. Yaudahsih, toh saya juga masih mikir. Nanti kalo saya udah selesai mikir, saya janji nggak akan nggak jelas lagi. Ada yang pernah  atau lagi ngerasain hal yang sama? Berbagi pukpuk yuk hehe.

Memasuki minggu tenang, kemudian UAS. Bismillahirrahmanirrahiim. Please be nice to me, Juni.

Salam senyum,

Feby.

Rahasia

Tahu apa yang membuat sebuah hal indah?
Rahasia
Bukan, aku tak menyembunyikan jawabannya
Itu jawabannya, rahasia

Ada beberapa hal yang tak harus memiliki jawaban agar menjadikan dirinya indah
Seperti mengapa hingga detik ini hanya satu nama itu yang masih menjadi langit untuk kujunjung dan bumi untuk kupijak

Kau mengerti?

Seperti Alif Lam Mim
Indah, sebab hanya Allah yang tahu.