hujan,
tahukah kau?
jarak paling dekat antara dua manusia itu ketika mereka tertawa bersama
meskipun pertemuan
akhirnya
setelah doa yang tak putus
baru kali kedua
walau hanya canda sekedar
memandangnya, melihatnya tertawa
rindu?
iya lepas sudah
iya, akan ada pertemuan selanjutnya
biarlah memperhatikan dan mengagumi dalam diam jadi tugasku saja
aku tetap bersyukur
sebab
kutahu yang ada di hatiku tak mungkin
sesuatu mengganjal
dan aku kenal jelas wujudnya
maka itu aku harus diam

yang pasti aku hanya bisa tertawa saat dia tertawa
biar kami dekat

hujan,
maukah kau? 
memeluk tubuh lelah yang keningnya sedang panas, bingung dan mengigil ini?

23.53, 13 November 2013

Tentang Sebuah Numerologi Bernama Dua Puluh

Kemarin ada orang yang ulang tahun. Janji bikinin dia sajak. Tapi pulang larut sekali semalam, belum lagi mendadak demam. Namun jujur, cuma telat ngepostnya, bikinnya udah dari semalam kok hehe. Maafkan.

Malang, 15.40 WIB, 13 November 2013  

Buat sesorang yang hari ini disinggahi sebuah numerologi bernama dua puluh.

Apa yang kau ketahui tentang angka itu?

Banyak yang bilang, dua puluh adalah awal bagi semua kemungkinan yang luruh, segala kemungkinan-kemungkinan yang jatuh tak tergapai di angka belasan. Harapan-harapan baru untuk semua mimpi yang membuat frustasi, biru, dan membuat kau menganggap hidup yang sedang kau jalani adalah hidup paling berat sedunia. Dua puluh adalah bayaran ala kadarnya akan tetes demi tetes airmata yang jatuh, entah itu karna bahagia ataupun sedih. Singkatnya, di dua puluh kau akan jadi bayi kembali, dalam raga yang tak lagi kurang dari lima kilogram.

Dua puluh adalah tentang hari ini, dengan segala doa yang diamini untuk hidup ke depan, dengan kejutan-kejutan dari sahabat yang jaraknya tak terpisah rel-rel kereta api. Dua puluh, adalah tentang hening yang datang sejenak sebelum kau meniup lilin di hadapanmu,  tentang langkah demi langkah yang telah dan akan dilalui tanpa peduli akan terkabulnya doa sebelum tiupan lilin.

Hidup kembali pada kelumrahannya, yang awal akan punya akhir. Setelah dua belas bulan berjalan, dua puluh akan bertambah satu numerologi lagi di depannya. Dan saat angka itu datang, doaku adalah yang kau lakukan itu bersyukur atas langkah yang tak sia-sia.

Sajak ini buat seseorang yang ku panggil Bang Jek. Semua orang juga memanggilnya begitu. Bangjek tau? Kita semua sayang dirimu.

Yang punya mata sipit sampai buat membedakan Bang Jek lagi ketawa atau fokus ngeliat sesuatu itu susah, yang katanya lagi diet tapi makan tengah malem terus, yang club paporitnya Chelsea (Olivia?), yang hidupnya dibawa woles selalu tapi semangatnya nggak pernah mati, yang punya energi buat bikin semua orang ketawa dan senyum, yang sukanya online Skype, yang (katanya) mahasiswa Ilmu Komunikasi Institut Manajemen Telkom Bandung.

Selamat ulang tahun!

Terimakasih buat semangat yang udah dibagi, buat telinga yang siap mendengarkan, mata yang setia membaca, tangan yang senantiasa mengetik balasan cerita dari perempuan imut-imut satu ini, buat ejekan-ejekan absurd, candaan yang bikin ngakak sampai terharu, karena tidak lucu sama sekali. Terimakasih. Aku selalu ingin punya abang dan Bang Jek adalah abang buat perempuan imut-imut ini, abang dari rahim yang berbeda.

Selamat ulang tahun!

p.s: tahun ini, cuma tulisan yang bisa diberi. tau kan? abadi, bisa dibuka kapan saja, berulang-ulang. tapi kalaupun bisa kirim kado, janji gabakal ngirim kado yang bikin nyesel sampe sekarang kaya tahun lalu. Asbak itu, hahaha!

Selamat ulang tahun Bang Jek!

Tentang Rindu

Dulu,

“Kak, bangun.”

“Kak, subuh.”

“Teh manis apa susu, Kak?”

“Sarapan dulu baru betulin jilbab, nantik telat, Kak.”

“Keluarin kereta, Kak.”

“Panasin kereta, Kak.”

* Orang Sumatra menyebut motor itu kereta.

“Kak, nanti kalo Mama belum pulang ngaji jemput adek di Millenium.”


“Isya dulu, Kak. Nanti ketiduran lagi diatas buku.”

- Ibu

Perkara Seribu atau Dua Ribu


Kalian tahu? Polisi punya saingan. Mereka tak bergaji, tak berseragam, dan tak terlihat gagah. Siapa? Penjaga putaran balik di jalan raya.
Dia bekerja sukarela, melindungi pengendara yang ingin putar balik di jalan-jalan raya itu. Aku bisa apa? Jarang sekali bisa sekedar memberi mereka perkara seribu atau dua ribu.
Sekarang persoalannya. Apa ini perihal yang baik atau buruk ya? Andai polisi mampu menjalankan tugasnya dengan baik, sadar kalau mereka dibayar dengan uang rakyat. Pastilah tak ada penjaga putaran balik itu. Perihal buruk. Baiknya, mereka jadi dapat pekerjaan. Insiatif yang baik.
Kadang miris melihat mereka.

Bermodalkan sebotol mineral. Mereka berdiri disana. Di bawah terik, sepanjang hari. Menanti perkara seribu atau dua ribu. Dari mereka yang ikhlas. Atau kasihan?
bagaimana ya ceritanya jika seorang aku ingin dan bisa menembus batas
sedangkan Tuhan katanya tidak suka pada pada hamba-Nya yang melampaui batas
bagaimana kalau batas ku dan batas Tuhan itu jauh berbeda
hem atau batas ku dan batas Tuhan itu malah persis ?


malang
malam ke sembilan bulan ke sebelas tahun ke dua ribu tiga belas
butuh semangat
senyum
siapapun

*abaikan*