Takut


Pada malam ini aku merebah diatas dada lantai yang bidang
Meringkuk ketakutan bagai bayi yang butuh pelukan
Hujan akan selalu mengunjungi pelupuk mataku
Sampai keraguan berupa awan hitam hilang dari pertandangannya di seisi kepala
Awan itu kubenci
Di punggungnya, terlukis perangai-perangai yang membuat aku bergidik ngeri

(puisi dan ilustrasi (ngasal) disela-sela tugas)

Larik-larik Desember

Larik-larik Desember itu kalau kataku kening-kening yang panas
klinik-klinik yang penuh dengan antrian orang berobat
kenapa?
karena kita semua terlalu lelah mengejar dunia
dicekik aktivitas dengan kejam
Bagiku Desember adalah sepenggal dua penggal cerita tentang hujan
tentang bunga-bunga mekar dan pohon-pohon segar
tentang petrichor yang menyeruak tiap kususuri jalan dengan telapak kaki ataupun mesin
tentang mantel atau jas hujan yang tak lagi kaku dalam jok motor
dan gereja yang mendadak ramai
juga tentang hujan dalam hati yang tersimpan rapat-rapat

Di bulan Desember itu kalau kataku kelas-kelas yang murid di dalamnya terus-terusan melihat keluar jendela
tak sabar ingin pulang
meringkuk di bawah selimut sambil menyalakan televisi

Larik-larik Desember
adalah ingatan akan pertemuan
di dua bulan lalu
mulai pertama
hingga selanjutnya dan selanjutnya diluar kendaliku
dengan sosok yang kejatuhan kagumku, barangkali
diam-diam

Malam-malamku sejak itu selalu habis dengan pertanyaan
bagaimana agar ia tahu? 

Larik-larik Desember adalah tentang doa yang itu-itu saja
dengan sebuah doa lagi diatasnya
semoga malaikat mengamini
Tuhan tak bosan mendengar dan akhirnya mengabulkan