Makasihyaa semuanya (ucapan terimakasih 17 tahun feby) :)

Syukron thankyou merci gracias xiexie kamsyah arigato gozaimasu terimakasih sbanyak banyaknya :)
Ulang tahun yg menyenangkan, betapa beruntungnya bisa mengenal kalian ^_^

Skarang, aku udah 17 tahun. dah makin dewasa grrr -_-

Wah bnyak yg ngucapin, dan Alhamdulillah udah bisa dbalesin smua walopun tangan pegel ngetiknya wkwk ..

Danan juga smoga smua doa2 terindah dari orang2 terbaik (baca = kamu) dapat di kabulkan oleh Allah SWT sang Pencipta dan berbuah manis pada yg mendoakan juga amiin .

Hmm. Hari ini emang udah bukan ulang tahunku lagi, dah jadi punya orang lain :))

Tapi gak salah kan kalo mau brdoa lagi skarang ? Hhe soalnya bru smpet posting lg skarang di TANGGAL 26 yg slalu kuanggap indah :) oke mari kita mulai berdoa.

Psst.. psst..Ya allah bahagiakanlah smua orang yg baca postingan ini hhe. Smua yg telah mmbagi kbhagiannya slama ini. Orang2 yg engkau kirimkan untuk slalu ada disampingku. Mereka sosok mahluk terbaik yg pernah engkau ciptakan. Bahagiakan mereka slalu ya allah, jauhkan mereka dari sedih dan susah. Berikan smua hal terindah pada mereka ya allah. Amin ya rabbal alamin..
Sihiii sweet seventeen , kapan yaa KTP sm SIM nya dibuat ?? Hhe , tunggu ajaa ^^

Terimakasih semuanya.. My parents, my sister, my near and far family, a lot of bestfriends, so much friends, and of course buat yg disana the first , along and the last hem :)

Aku cinta kalian
Kalian segalanya
Tanpa kalian aku bukan apa2

Tapi kalo difikir2, aku belum benar2 ngucapin buat aku sendiri :D

Selamat ulang tahun Febiola Aditya Yusuf , jadilah manusia yg berfungsi seperti pisau yang baru diasah . Ehe hidup Chef Master :)

Hmm hmm.. udah mau buka niih, semangat semangaaat.

Ahya sudut2 gelap itu smoga segera mndapat cahayanya

Apa coba? Haha adadeeh ;)

Dadaaah semua. Siapsiap hhe

Allahumma lakasumtu wa bika amantu wa'ala rizkika afthortu birrahmatika ya arhama rahiimin , aminn

17 tahun yang indah ..
Sampai jumpa ulang tahun tahun depan , dan senyummm :)
Assalamualaikum..

Curahan Hati Feby untuk yang disana (dari Kak Bernard Batubara / bisikanbusuk)

Dari Kau, Dari Aku
: Lakshmi



entah seberapa rumit kenangan bisa kau buat sebelum aku lupa bagaimana caranya mengingat. aku tak bisa lagi melafalkan luka semenjak kau hapus seluruh langkah di dadaku yang telah sedemikian dalam terpahat. tak ada yang begitu rahasia dan membingungkan dari tiap rasa kecewa sebab kita sudah bersepakat akan membunuh harapan masing-masing. dari yang terkecil. dari yang paling samar.
entah seberapa sederhana perpisahan bisa aku jelaskan setelah kau ingat bagaimana caranya melupakan. kau begitu fasih mengeja setiap kesalahan semenjak kita bertemu untuk mempelajari apa saja yang pernah kutulis di hatimu. selalu ada yang tersembunyi dan terlewat dari tiap perbincangan sebab kita tak pernah berjanji untuk memahami masa lalu dan sejarah pilu masing-masing. dari yang pernah terucap. dari yang masih tersimpan.

Apakah yang Mungkin
: Lakshmi


apakah yang sanggup membawa pelukmu kembali sementara aku terlalu ragu bahkan hanya untuk sebuah mungkin. padahal rindu telah mengendap begitu lama dan luka telah fasih mengeja nama kita. bukankah perpisahan judul yang paling indah untuk menandai paragraf baru dari sebuah akhir yang begitu lekas?
kukira kau belum pergi terlalu jauh sebab masih tertinggal samar wangi tubuhmu merayap perlahan di seluas dadaku. bukankah kenangan teman terbaik untuk membaca lagi halaman demi halaman yang sering kita lupakan?
apakah yang mungkin membawa langkahmu kembali sementara kita terlalu angkuh untuk memungut lagi keping demi keping yang aku lemparkan. yang kau biarkan.

Ada yang Tenggelam

: Lakshmi


ada yang mengapung di dalam matamu sesuatu seperti luka. tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatku sadar bahwa rindu kita telah tercemar. mungkin kau menyimpan semuanya rapat-rapat hanya untuk menunggu waktu yang benar mengirimiku kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.
ada yang mengambang di sudut bibirmu sesuatu seperti luka. tapi gelombangnya terlalu tenang untuk membangunkanku dan dingin napasmu ternyata enggan menyelamatkan sepi yang kau tanam di seluruh mimpi. mungkin waktu terlalu naif dan jarak selalu lupa merekam rasa sesak yang kita nikmati berdua.
ada yang tenggelam di dasar kenangan. sesuatu seperti kau.

Sepertinya Dulu Aku
: Lakshmi


sepertinya dulu aku pernah jatuh ke dalam matamu membayangkan luka yang penuh warna ketika tiba-tiba kau memejam dan mengubah rindu jadi sebuah perangkap. sepertinya aku ingat tanganmu menjalarkan hangat dalam setiap genggaman ketika diam-diam kau mengukir kata 'jarak' huruf demi huruf di atas telapak tanganku yang remuk.
sepertinya dulu aku pernah terbunuh dalam sebuah adegan ketika kau memutuskan untuk berhenti menyusun jigsaw yang tak pernah sekalipun kita berminat menebak bagaimana wujud utuhnya. sepertinya kau tahu ini bukan babak yang tepat untuk saling mengingat kecupan dan pelukan pertama.
sepertinya aku lupa untuk menulis sebuah baris dalam surat yang hendak kusampaikan kepadamu ketika sebelumnya kau mulai mengirim paket demi paket berisi sepi: bahwa semua ini adalah jebakan yang kurangkai sendiri.

Epilog
: Lakshmi


kemudian suaramu menjadi gema dan seluruh kenangan berubah menjadi makhluk halus yang berinang dan beranak di telapak kakiku. kau tak sekalipun melihat ke belakang serupa mataku yang enggan melepas bayang punggungmu. mungkin sebuah andai hanya akan mengirim kita ke masa lalu tapi bukankah itu yang diinginkan setiap hati yang rusak?
lalu satu demi satu adegan mendobrak dadaku yang lapuk dan berkarat. kau duduk diam di satu sudut membiarkan semuanya berlalu dengan cepat seakan ingatan hanya seorang figuran dan perpisahan adalah skenario yang tak perlu dicatat.
sempatkah kau berpaling sebentar dan menjawab dengan apa aku harus melarikan diri. menyusun cerita buruk yang lain lagi?

Bukankah Kau Berkata
: Lakshmi



bukankah saat itu kau dan aku saling menyapukan warna dan menuliskan fakta bahwa kita jatuh cinta? tapi ternyata kau hanya menyusun daftar isi dan bab terakhir sementara aku terpaksa merangkak menata halaman demi halaman yang menolak dibaca kembali.
aku inginkan pembatas buku, katamu. lalu kau menyisipkan pisau tepat di bagian cerita yang ingin aku baca. paragraf yang ingin kau lupakan. kemudian aku berharap bisa mengenangmu seperti butiran permen berwarna cerah yang kau beri dahulu sebelum kau membunuhku tanpa sebuah peringatan.
bukankah ketika itu kau berkata akan memberiku kesempatan?

Bisakah Kau Jelaskan

: Lakhsmi


bisakah kau katakan kepadaku dengan segera apa yang lebih kejam dari sekumpulan kenangan? seperti pisau yang dihantamkan bertubi-tubi ke kepala atau sehamparan daun kering yang jatuh sebelum waktunya. seperti menatap bayangmu tiba-tiba menjauh dan lekas hilang di tikungan.

sementara kumparan pita kaset tua tempat kita merekam ingatan belum lagi sempat kugulung rapi, kau sambil tersenyum meletakkan dua batang korek api di atas tanganku yang terbuka dan berdarah. bisa kau jelaskan harus dengan apa kurapikan halaman kita? membakarnya atau membingkai ia dalam pigura pelangi bercahaya?

apa yang lebih kejam dari sekumpulan kenangan ketika kau mengirim kata 'mundur' dan 'menyerah' dari jarak yang begitu jauh. bisakah kau jelaskan sambil menggenggam tanganku yang mulai rapuh?


Seingatku Kita Pernah
: Ruth


seingatku kita pernah jadi pelaut
yang penuh dengan mimpi-mimpi

seingatku dulu kau dan aku
menunjuk pelabuhan yang sama

mengapa sekarang kau menggenggam erat jemarimu

menepis tanganku?

seingatku dulu matamu menyimpan matahari
mengapa sekarang kau enggan

melihatku lagi?

kita pelaut yang lugu. kita pengembara
yang saling membutakan mata masing-masing

apa kau butuh istirahat? berapa lama?
kau ingin berdiam saja di sini menunggu

hantaman ombak yang berikutnya?

angin hanya menonton. kita sungguh pelaut yang buruk
kita tak ubahnya pengembara yang kehilangan kaki

aku lelah mengemudi. kau lelah menunjukkan arah

akan ke mana perginya kapal kita?
mengambang di tengah samudera?
Pada Sentuhmu

: Lakshmi

pada sentuhmu kulihat malam terendam dan bintang-bintang lumpuh seperti kenangan yang tertatih merangkak di antara gemetar jari. pada sentuhmu sebuah episode terlintas membawa adegan-adegan bisu yang tak pernah ingin kau rampungkan. biarkan dingin dinding ini di antara kita. biarkan dingin dinding ini di antara kita, katamu.

pada sentuhmu ada serpihan waktu yang tak terpelihara. aku membacanya sebagai daftar pustaka dari mana saja kau menerima kiriman luka. biarkan aku mencintaimu. biarkan aku mencintaimu, kataku.

tapi dingin dinding ini di antara kita
dingin dinding ini di antara kita

biarkan saja, katamu
biarkan saja

Sebulan Setelah Lembah 22 Agustus 2011


Aku ingat saat kita duduk berdua tanpa ada kata yang saling terucap diantara kita, memandang sekeliling. Padahal saat itu rindu sudah terlalu menggebu di dalam dada. Rasanya semua tak bisa diungkapkan. Tapi kita mengerti, dan membiarkan waktu berjalan dan hati kita yang saling bicara. Kita mengerti, kita mengerti. Aku ingat saat kau menatap dalam mataku, aku ingat saat itu hanya ada aku di dalamnya, dan kau tersenyum. Bagiku senyum itu adalah yang termanis di dunia. Dan aku membalas semyum itu, dengan malu. Aku ingat saat kau menggenggam tanganku, hangat, hangat.  Aku ingat saat kita menunggui hujan, saat itu aku bersama dua yang sempurna di bumi, hujan dan kamu. Aku ingat saat kamu meniup lilin dan mengucap doa yang tak kau izinkan aku mengetahuinya. Aku ingat, jelas ingat wangi tubuhmu yang selalu kurindukan. Aku ingat saat kita tertawa bersama di telfon, saat kau dan aku jauh tapi rasanya kita dekat, sangat dekat, karena sejauh apapun, kita masih bisa melihat bulan yang sama. Aku ingat bagaimana caramu mengakhiri semuanya sampai saat ini aku masih kebingungan, apa alasan terkuat di balik semua. Semudah itukah? Aku ingat seluruh kata, kenangan, tangis yang telah kita ukir bersama. Ketahuilah, kamulah orang yang selalu ada dalam ingatanku setiap aku membuka mata. Sekarang bercerminlah dan temukan aku. Sudah lama aku hilang di kedalaman matamu. Suatu saat kau akan tahu betapa aku selalu mengusahakan yang terbaik untuk kita nanti. Kini, sebulan setelah lembah, masih sangat terasa sakitnya saat itu. Hanya kesabaran dan kepercayaanku padamu sejak lama yang buatku bertahan dan tersenyum.  Aku tak berniat untuk merebutmu darinya, tapi biarkan aku menyayangimu mesti kamu miliknya. Bohong jika aku bisa lupakan kamu, hanya saja aku sudah mampu merelakan kamu bersamanya, asal kamu bahagia, percayalah tak ada lagi yang bisa membuatku lebih bahagia daripada melihatmu bahagia. Jika “kita” telah menjadi takdir, aku yakin kamu akan kembali walaupun hari terakhir aku melihatmu. Mempertahankan cinta tetap sama seperti awal itu sulit apalagi jika dia tak bisa ada untukmu. Akan ada hati yang selalu kuat untuk disakiti orang yang dicintainya padahal hatinya tahu dia harus meninggalkan. Aku akan selalu ada untukmu, walaupun kamu hilang. Kini ketika aku mengatakan aku pergi, ketahuilah bahwa aku tidak benar-benar melakukan itu. Sungguh penyiksaan buatku untuk jauh darimu, aku akan selalu bersamamu, lihatlah dan inilah setia ku.
Cinta itu rapuh, terkadang kita tidak dapat melakukan apapun. Kita hanya dapat menjaganya, dan berharap benda rapuh ini tetap selamat, di dalam perjuangan.

Kasihan Hana


Ini hari ulang tahun Hana yang ke 17. Tapi sedikit pun ia tak memiliki gairah untuk melakukan apapun hari ini. Jelas saja. Siapa yang mau datang ke rumah nya dan memberinya kejutan berupa kue ulang tahun, dengan lilin tujuh belas menyala di atasnya, yang baginya jika itu terwujud itulah kue ulang tahun pertama untuknya. Siapa yang mau memberinya kado? Dikenang pun tidak dirinya, ia sendiri, lemah. Jadi yang bisa Hana lakukan hari ini hanya tidur di dalam kamarnya berharap hari ini segera berakhir.

Doa Dari Mentari


Ya ALLAH buat aku untuk tersenyum selamanya. Walau diterjang badai dan ombak sekalipun. Kuat kan kakiku untuk bertahan menjadi pondasi yang kokoh untuk jiwa ku. Tunjukkan aku jalan yang lurus hingga aku sampai ke tempat yang aku tuju. Aku siap menerima hukuman dari MU atas kesalahan dan dosa ku. Ya ALLAH ketika aku tiada lagi di bumi ini, maka buatlah mereka yang ada di sekitarku ikhlas atas kepergian ku. Ketika masa yang indah itu datang, aku mohon janganlah cepat berlalu. Keluargaku, kerabat, teman-teman ku, semuanya tiada yang dapat memisahkan hubungan kita sekalipun maut menjemput ku besok..
Doa dari Mentari Sa’adah, sahabat tercintaku..

Ayah


Ayah...
Tahukah kau
Ada yang berbeda darimu
Sesuatu yang dulu tak pernah kulihat saat mencium pipimu
Keriput mu kah itu?
Ayah
Ada yang hilang darimu
Kekuatan mu kah ayah?
Aku tak bisa lagi kau buat terbang
Menjadi malaikat kecilmu
Ayah
Ada yang tak kusuka darimu
Emosi mu kah?
Iya ayah
Sabar ayah, sabar...
Ayah
Kau tahu?
Jika aku bisa membantumu sekarang
Sudah kulakukan
Jika aku dapat mengganti posisimu sekarang
Tak perlu, tak perlu kau menyuruhku lagi
Ayah
Ini, aku

Untukmu. Jgn sedih lagi yaa..

hujan rintik2
sperti hatimu yg lagi berbisik
tangisan gemerisik
brlari, mnjauhi bulu matamu yg lentik

hatiku terkikis
sperti langit yg mnangis

awan mnjadi kuning
bagai sinar yg pecah brkeping

hntikan bulir mutiaramu
hntikan ia jgn smpai mmbatu
sang pmenang adalah kamu
sang pejuang yg tak kan prnh merayu



2011, agustus 08
dngan prubahan seadanya dari siti habibah radhiatullah

dedicated for : seorg gadis yg terkikis tp akn ttap eksis ;)
you go girl ! (Farahdiba Maharani Putri)

Agustus :)

Assalamualaikum...
Hmm sepertinya blog ini udah berlumut ya?
Entah berapa lama aku udah nggak menulis disini lagi, rasanya buat melihat-lihat blog ini pun udah nggak ada waktu dan tenaga lagi.
Haha. Hey, ini udah bulan Agustus. Hem nggak terasa ya... Sebentar lagi ulang tahunku :)
Alhamdulillah udah gedee.
Sudah tak banyak yang ku harapkan, tak ada yang kucari, aku hanya berharap semoga bulan ini penuh berkah bagiku. Amin.
Yang paling spesial di bulan Agustus ini hanya Ramadhan nya, suasana Ramadhan yang sudah lama kutunggu. Halo Ramadhan, semoga kita bisa berteman baik yah, semoga semua hidayah bisa kudapat di bulan ini, seluruh amal ibadah yang kulakukan mendapat ridhonya, dan tetap semangat menjalani hingga hari kemenangan tiba nanti. Aminnn.
Alhamdulillah aku masih diberi nafas hingga saat ini menjalani Ramadhan lagi.

Ohya aku ingat sepertinya saat aku menyambut Juli kemarin aku sudah sangat beramah-tamah dengannya, aku buatkan puisi untuknya, aku dendangkan lagu-lagu ceria untuknya, dan tak lupa aku mengajaknya berteman baik sembari mengucapkan selamat tinggal pada Juni yang penuh kenangan.
Hhh Agustus... Ntah kenapa Juli jahat sekali padaku, ia seperti membunuhku secara perlahan, menghadiahiku berbagai macam luka, membingkisiku dengan perpisahan yang menyakitkan, menerorku dengan dia yang kucinta dengan jarak, suasana yang berbeda, batu kerikil tajam yang makin menghambat dan tak menyetujui segalanya, serta seperti hampir ingin menyudahi segala kenangan manis yang telah kuukir lama dalam hati.
Agustus, Juli juga membanjiriku dengan tangisan, air mataku seolah tak ada habisnya kemarin, dan saat aku tak dapat meneteskan bulir-bulir air mata itu, hanya hatiku yang masih memiliki persediaan air mata yang banyak.
Juli mengujiku dengan aku yang harus tersenyum dalam tangisku, aku yang harus terlihat kuat. Ya Tuhan, demi apapun... Bagaimana aku dapat terlihat kuat sedang sebenarnya aku remuk redam?
Dapatkah kau jelaskan Agustus, darimana aku dapat kekuatan itu?
Aku tahu ini klise, tapi inilah yang bisa kuungkapkan : aku punya ALLAH SWT yang selalu ada untukku, Ialah tempatku selalu mengadu, menyembah, memohon ampun, dan tentunya Ialah sumber kekuatanku, ketenangan jiwaku. ALLAH tak pernah membiarkanku sendiri (Ya ALLAH maafkan aku yang terlalu banyak meminta dan tak pernah bersyukur ini...). 
Tapi seperti yang kubilang tadi, sungguh klise dan munafiknya aku mengatakan hal di atas tadi.
Jelas saja, karena aku masih manusia biasa, yang begitu lemah. Aku tak sekuat Aisyah, istri Rasulullah SAW, aku juga tak setegar karang dilaut.
Aku masih hambaNya yang begitu lemah namun dapat menjadi orang terkuat di dunia karena satu benda ciptaanNya yang Ia titipkan padaku, dan dalam waktu yang bersamaan tersungkur karena benda itu pula. 
Agustus bisakah kau berbicara? Bisakah kau bertanya padaku apa sosok benda yang kumaksud itu agar tulisan ini menjadi bermakna dan dramatis? 
Yah, kau tak bisa. Tulisan ini memang sudah sangat dramatis kubuat sampai sesak dadaku menulis ini semua. Seakan aku kembali ke dalam kejadian-kejadian pahit itu. Aku akan menjawabnya sendiri. 
Cinta. 
Ialah yang kumaksud. Hem aku tak tahu harus menulis apa lagi, maaf. Kau tak bisa melarangku begini Agustus, kau tak bisa. 
Memang beginilah aku , aku yang memiliki hati sedingin es dan sudah menjadi kebiasaanku menutup diri. Kau salah menilaiku selama ini Agustus, aku bukan orang yang terbuka, yang dapat menceritakan semua keluh kesah serta kebahagiaanku pada semua orang, aku malas membuka hatiku untuk orang-orang, lebih tepatnya, aku menjauhi mereka, bahkan terkadang aku menjauhi diriku sendiri. 
Tapi, saat hangat berhasil menjalari hati dingin ini, saat satu ketukan untuk pintu hatiku entah dengan apa aku terdorong sehingga ia terbuka. Kehangatan pun si pengetuk tadi menjadi darahku, dosa besar bagiku jika aku menyakitinya, menyia-nyiakannya, membuat ia hancur dan terpuruk. Bukan pahala buatku, tapi lebih tepatnya perjuangan, mati-matian akan kujaga kehangatan pun si pengetuk itu, melepaskannya merupakan perjuanganku yang haram, dan membuat ia bahagia selalu adalah perjuanganku yang fardhu. 

Aku ingin sekali mengakhiri tulisan ini, tapi sangat bingung harus dengan apa kuakhiri. Ahya, aku teringat kata-kata yang pernah kuberikan buat yang disana, ia yang kunanti selalu. Manusia sempurna yang menjadi kehangatan dan si pengetuk hatiku. Mungkin dengan ini dapat kuakhiri.

“Cinta itu rapuh. Terkadang kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita hanya bisa menjaganya, dan berharap. Benda rapuh ini akan tetap selamat, di dalam perjuangan...”

Tersenyumlah untukku Agustus...

Ini perbedaan antara kamu dan aku

Untuk : Yang disana...

Ini , semua tentang kamu
Ini, ini semua pun tentang aku
Kamu tahu
Sesosok makhluk dapat menjadi sempurna dalam sepasang mata hati sesosok makhluk pula
Ya
Makhluk yang dipandang itu ialah kamu
Dan makhluk yang memandang itu ialah aku
Dari sini sudah dapat kita lihat perbedaan kita
Kamulah yang sempurna, dan aku yang berharap kesempurnaan itu
Tertawalah
Karena ini memang lucu
Kubuat kamu tersenyum
Kamu tahu
Senyummu adalah sesuatu yang paling manis bagiku
Tawamu pun begitu
Tapi saat senyum dan tawaku masuk ke dalamnya
Semua terasa salah
Dunia tak sudi melihatnya
Dari sini kita dapatkan lagi perbedaan kita
Kamulah sang benar dan aku sang salah
Menyakitkan?
Tidak tenang saja
Kamu dapat memberikan kehangatan
Kamu sanggup memberikan kebahagiaan
Bagai madu
Pantas saja banyak lebah yang mengaismu
Jujur
Aku sendiri termasuk ke dalam lebah-lebah itu
Tapi aku tak pernah berani mengaismu
Sedikitpun aku tak memiliki kepercayaan diri untuk merasakan kehangatan dan kebahagiaan darimu
Aku ini lebah yang hanya memiliki satu kepak sayap
Maka aku hanya bisa bersembunyi dan menunggu sekepak lagi itu kembali
Dimana sekepak lagi sayapku itu?
Pernah
Sekali aku datang padamu madu
Saat itu entah kenapa aromamu melintasiku
Dan detik itu satu kepak sayapku masuk
Berbaur dengan cairan madumu
Aku sulit terbang lagi
Maka saat ini yang bisa kulakukan hanya menunggu
Berharap kamu datang mengembalikannya di satu waktu nanti
Dan kita terbang bersama
Bermimpi-mimpi lagi, merindu lagi, takut kehilangan lagi
Dari sini kita dapatkan lagi perbedaan kita
Kamu yang sedang berkelana sambil menyimpan sekepak sayapku
Kamu sang madu
Aku yang sedang menanti
Aku sang lebah
Ini perbedaan antara kamu dan aku
Jauh bagai langit dan bumi
Luas seperti samudera
Dalam seperti
Hati
Aku
Ini
Ini perbedaan antara kamu dan aku