Curahan Hati Feby untuk yang disana (dari Kak Bernard Batubara / bisikanbusuk)

Dari Kau, Dari Aku
: Lakshmi



entah seberapa rumit kenangan bisa kau buat sebelum aku lupa bagaimana caranya mengingat. aku tak bisa lagi melafalkan luka semenjak kau hapus seluruh langkah di dadaku yang telah sedemikian dalam terpahat. tak ada yang begitu rahasia dan membingungkan dari tiap rasa kecewa sebab kita sudah bersepakat akan membunuh harapan masing-masing. dari yang terkecil. dari yang paling samar.
entah seberapa sederhana perpisahan bisa aku jelaskan setelah kau ingat bagaimana caranya melupakan. kau begitu fasih mengeja setiap kesalahan semenjak kita bertemu untuk mempelajari apa saja yang pernah kutulis di hatimu. selalu ada yang tersembunyi dan terlewat dari tiap perbincangan sebab kita tak pernah berjanji untuk memahami masa lalu dan sejarah pilu masing-masing. dari yang pernah terucap. dari yang masih tersimpan.

Apakah yang Mungkin
: Lakshmi


apakah yang sanggup membawa pelukmu kembali sementara aku terlalu ragu bahkan hanya untuk sebuah mungkin. padahal rindu telah mengendap begitu lama dan luka telah fasih mengeja nama kita. bukankah perpisahan judul yang paling indah untuk menandai paragraf baru dari sebuah akhir yang begitu lekas?
kukira kau belum pergi terlalu jauh sebab masih tertinggal samar wangi tubuhmu merayap perlahan di seluas dadaku. bukankah kenangan teman terbaik untuk membaca lagi halaman demi halaman yang sering kita lupakan?
apakah yang mungkin membawa langkahmu kembali sementara kita terlalu angkuh untuk memungut lagi keping demi keping yang aku lemparkan. yang kau biarkan.

Ada yang Tenggelam

: Lakshmi


ada yang mengapung di dalam matamu sesuatu seperti luka. tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatku sadar bahwa rindu kita telah tercemar. mungkin kau menyimpan semuanya rapat-rapat hanya untuk menunggu waktu yang benar mengirimiku kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.
ada yang mengambang di sudut bibirmu sesuatu seperti luka. tapi gelombangnya terlalu tenang untuk membangunkanku dan dingin napasmu ternyata enggan menyelamatkan sepi yang kau tanam di seluruh mimpi. mungkin waktu terlalu naif dan jarak selalu lupa merekam rasa sesak yang kita nikmati berdua.
ada yang tenggelam di dasar kenangan. sesuatu seperti kau.

Sepertinya Dulu Aku
: Lakshmi


sepertinya dulu aku pernah jatuh ke dalam matamu membayangkan luka yang penuh warna ketika tiba-tiba kau memejam dan mengubah rindu jadi sebuah perangkap. sepertinya aku ingat tanganmu menjalarkan hangat dalam setiap genggaman ketika diam-diam kau mengukir kata 'jarak' huruf demi huruf di atas telapak tanganku yang remuk.
sepertinya dulu aku pernah terbunuh dalam sebuah adegan ketika kau memutuskan untuk berhenti menyusun jigsaw yang tak pernah sekalipun kita berminat menebak bagaimana wujud utuhnya. sepertinya kau tahu ini bukan babak yang tepat untuk saling mengingat kecupan dan pelukan pertama.
sepertinya aku lupa untuk menulis sebuah baris dalam surat yang hendak kusampaikan kepadamu ketika sebelumnya kau mulai mengirim paket demi paket berisi sepi: bahwa semua ini adalah jebakan yang kurangkai sendiri.

Epilog
: Lakshmi


kemudian suaramu menjadi gema dan seluruh kenangan berubah menjadi makhluk halus yang berinang dan beranak di telapak kakiku. kau tak sekalipun melihat ke belakang serupa mataku yang enggan melepas bayang punggungmu. mungkin sebuah andai hanya akan mengirim kita ke masa lalu tapi bukankah itu yang diinginkan setiap hati yang rusak?
lalu satu demi satu adegan mendobrak dadaku yang lapuk dan berkarat. kau duduk diam di satu sudut membiarkan semuanya berlalu dengan cepat seakan ingatan hanya seorang figuran dan perpisahan adalah skenario yang tak perlu dicatat.
sempatkah kau berpaling sebentar dan menjawab dengan apa aku harus melarikan diri. menyusun cerita buruk yang lain lagi?

Bukankah Kau Berkata
: Lakshmi



bukankah saat itu kau dan aku saling menyapukan warna dan menuliskan fakta bahwa kita jatuh cinta? tapi ternyata kau hanya menyusun daftar isi dan bab terakhir sementara aku terpaksa merangkak menata halaman demi halaman yang menolak dibaca kembali.
aku inginkan pembatas buku, katamu. lalu kau menyisipkan pisau tepat di bagian cerita yang ingin aku baca. paragraf yang ingin kau lupakan. kemudian aku berharap bisa mengenangmu seperti butiran permen berwarna cerah yang kau beri dahulu sebelum kau membunuhku tanpa sebuah peringatan.
bukankah ketika itu kau berkata akan memberiku kesempatan?

Bisakah Kau Jelaskan

: Lakhsmi


bisakah kau katakan kepadaku dengan segera apa yang lebih kejam dari sekumpulan kenangan? seperti pisau yang dihantamkan bertubi-tubi ke kepala atau sehamparan daun kering yang jatuh sebelum waktunya. seperti menatap bayangmu tiba-tiba menjauh dan lekas hilang di tikungan.

sementara kumparan pita kaset tua tempat kita merekam ingatan belum lagi sempat kugulung rapi, kau sambil tersenyum meletakkan dua batang korek api di atas tanganku yang terbuka dan berdarah. bisa kau jelaskan harus dengan apa kurapikan halaman kita? membakarnya atau membingkai ia dalam pigura pelangi bercahaya?

apa yang lebih kejam dari sekumpulan kenangan ketika kau mengirim kata 'mundur' dan 'menyerah' dari jarak yang begitu jauh. bisakah kau jelaskan sambil menggenggam tanganku yang mulai rapuh?


Seingatku Kita Pernah
: Ruth


seingatku kita pernah jadi pelaut
yang penuh dengan mimpi-mimpi

seingatku dulu kau dan aku
menunjuk pelabuhan yang sama

mengapa sekarang kau menggenggam erat jemarimu

menepis tanganku?

seingatku dulu matamu menyimpan matahari
mengapa sekarang kau enggan

melihatku lagi?

kita pelaut yang lugu. kita pengembara
yang saling membutakan mata masing-masing

apa kau butuh istirahat? berapa lama?
kau ingin berdiam saja di sini menunggu

hantaman ombak yang berikutnya?

angin hanya menonton. kita sungguh pelaut yang buruk
kita tak ubahnya pengembara yang kehilangan kaki

aku lelah mengemudi. kau lelah menunjukkan arah

akan ke mana perginya kapal kita?
mengambang di tengah samudera?
Pada Sentuhmu

: Lakshmi

pada sentuhmu kulihat malam terendam dan bintang-bintang lumpuh seperti kenangan yang tertatih merangkak di antara gemetar jari. pada sentuhmu sebuah episode terlintas membawa adegan-adegan bisu yang tak pernah ingin kau rampungkan. biarkan dingin dinding ini di antara kita. biarkan dingin dinding ini di antara kita, katamu.

pada sentuhmu ada serpihan waktu yang tak terpelihara. aku membacanya sebagai daftar pustaka dari mana saja kau menerima kiriman luka. biarkan aku mencintaimu. biarkan aku mencintaimu, kataku.

tapi dingin dinding ini di antara kita
dingin dinding ini di antara kita

biarkan saja, katamu
biarkan saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar