Oktober

Semoga, segalanya membaik. Oktober, selamat datang :)

Pesan Tak Terkirim Buat Fach


(Semua ini tersimpan di konsep saja Fach. Di konsep aku hanya mengetik sedikit detilnya cuma untuk tahu waktunya, disinilah aku kembangkan semuanya. Aku tak berani mengirimikannya padamu Fach, takut mengganggu.)

*

30 September 2011
Hari ini kesempatan untuk melihat wajahmu hilang, Fach. Padahal aku sudah begitu rindu...

17.32
Dari jam 3 tadi aku menunggu bersama mama di rumah sakit ini. Yah aku baru sadar, ternyata dokter itu menyebalkan, seenaknya saja aku dan mama disuruh menunggui dia 2 jam lebih seperti ini. Fach, jangan sakit-sakit ya, menunggu dokter itu hal yang menyebalkan, hhh.

17.40
Ada bunda disini, segala sesuatunya jadi mudah, haha beruntung memiliki saudara yang bekerja di rumah sakit favorit ku ini. Fach, sekarang aku berada persis di depan ruang dokter bedah ini, dokter Yusnari namanya. Menunggu namaku dipanggil oleh perawat. Mama sungguh kembut tak karuan, untuk menenangkan dirinya sendiri saja ia tak bisa saat ini, apalagi menenangkanku. Fach, aku takut. Aku harap sekarang kamu ada disini, disampingku, menggenggam tanganku sambil berkata, “Tenang, semuanya bakal baik-baik aja.” Aku berani sumpah aku tenang. Tapi apa dayaku mau kamu disini sekarang?
Dan yah, namaku dipanggil Fach. Aku harap tidak terjadi apa-apa padaku.

18.02
Sekarang aku harus ke ruang Radiologi, Fach. USG.

18.08
Fach, aku disuruh pakai baju merah ini. Sungguh menyeramkan, aku terlihat seperti orang idiot memakai ini.

18.24
Sendal ku ketinggalan di ruang USG. Dingin brrr. Menunggu hasil tanpa sendal. Air mataku hampir jatuh sekarang, aku semakin takut.

18.31
Alhamdulillah, bunda menyelamatkan sendalnya dan hasil USG sudah selesai, Fach. Aku kembali ke ruang dokter Yusnari, yang punya kulit putih bersih itu, kapan ya aku bisa seputih dia? Pasti aku bukan hanya jadi manusia langka nan imut-imut yang jarang mandi saja, tapi manusia langka nan imut-imut jelita yang jarang mandi pastinya, hahaha. Aku takut, Fach. Aku sedih, tapi ini aku yang tak pernah lupa untuk selalu membuatmu tertawa, meskipun kau hanya tersenyum kecil.

19.00
Semuanya terjadi begitu saja. Aku menyebutnya operasi singkat mendadak. Jangan tanya perasaanku sesaat sebelum penyedotan tadi, dan sungguh Fach, rasa sakit tadi, Ya Tuhan, demi apapun, saat itu aku mau mati saja...

19.16
Fach, di toko obat ini aku bertemu anak kecil. Laki-laki, manis. Dia melihat aku, dan tersenyum, senyumnya persis kamu. Hhh Fach, aku semakin rindu.

*

Waktu pulang hujan, Fach. Aku baru ingat, ini akhir September ya? Semoga hujan yang turun malam ini bisa menghapus semua kesedihan, rasa sakit (khususnya hari ini)  dan hal buruk yang ada di September. Dan membuat benih kesabaran ini cepat-cepat tumbuh disiramnya. Aminnn. Aku dan mama pulang, mama sudah tenang, aku bahagia melihatnya. Perasaanku? Aku luar biasa bersyukur lebih dan lebih lagi padaNya. Sebelum pulang kami membeli sate dengan bawang goreng yang banyak, seperti yang aku inginkan saat aku dimasuki angin kemarin, Fach.

Dimana pun kamu berada sekarang, aku harap kamu tahu aku merindukan kamu, baumu juga. Dan hujan akhir September malam ini, asal kamu tahu. Itu rinduku yang terbang ke awan, pecah jadi hujan.

Dustaku Adalah Cinta

Perasaan ini telah merampas seluruh hariku yang menggenggam rindu dan esok.
Telah membelah langit putih seolah menertawakan maut.
Membakar sisa hati jingga kelam dan hari-hari putih yang penuh tawa dan purnama.
Dan datang tak beri pertanda, hanya mengirim sapa bisu dan tutur rindu.
Perlahan menciumi sisa bau kelabu walau memberi arti darah dan cinta.
Darah, nyawa hidupku yang berlari menyebar dalam tubuhku.
Cinta, bak pisau bermata dua yang kadang menemani hari-hari yang penuh simfoni dan melankoli.
Dan sekejap menjadi pukulan cemeti yang teramat tajam dan berat memberi detik-detik nestapa.
Kesedihan menengadah membelah awan berarak.
Biru langit yang senyum telah berlalu.
Panas tropika tak kuasa mengeringkan air sungai yang mengalir di pipi ini.
Tak sanggup ku mengatakannya, namun daripada jujur dalam ketidakbenaran, lebih baik dusta untuk kebenaran.
Kini aku hanya bisa menerawang dan mencari-cari masa lalu yang indah.
Sambil menyingkap dustaku adalah cinta.
Tulisan-tulisanku kini memberi alamat menuju misteri penuh enerji dan keunikan, putus asa, maut, harapan, cinta, cita-cita, dan ungkapa keindahan yang menyentuh.
Dan kini aku hanyalah seorang pengelana yang tak sempat menoleh kembali ke jalan-jalan yang telah kulalui.
Jejakku berlalu disapu subuh, memasuki mimpi ungu yang jauh.

Kumpulan Tulisan Feby Masa Putih Biru Tua

Waktu SMP feby udah mulai nyoba2 nulis loh, ya memang nggak jauh beda hasil tulisannya sama yang sekarang, masih belum bisa dibilang bagus. Tapi tulisan pas SMP ini begitu dibaca lagi rasanya kok agak gimana gitu, sedikit lucu bacanya karena penuh dengan emosi dan kelabilan hahaha. Cuma sebagian yang mau feby publish, itupun udah dengan sedikit modifikasi instan (biar nggak kelihatan kali jadulnya).


Topeng Kelinci
22 Agustus 2008


Tawa mereka
Hinaan mereka
Bagaikan anak panah
Yang menembus dada ku
Tetapku berdiri
Namun hatiku hancur
Bagaikan kaca yang dicampakkan begitu saja
Inginku mengadu
Tapi kepada siapa?
Kepada rumput yang bergoyangkah?
Kepada pohon yang diam kokoh berdirikah?
Atau kepada sahabat?
Yang melainkan hanya singa yang memakan anaknya sendiri
Caci, cacilah aku!
Maki, makilah aku!
Tertawalah, tertawalah kalian!
Wahai anjing-anjing gila
Yang memakai topeng kelinci


Dari Balik Hujan
24 Agustus 2008


Angin bertiup
Bukan lagi sepoi-sepoi
Melainkan akan turun gerimis
Nah, gerimis itu datang
Bulir-bulir air kecil menetes
Seperti air mataku
Yang telah menyatu dengan gerimis itu

Kali ini lain...
Angin itu makin menjadi-jadi
Mengamuk
Seperti perasaanku ini
Yang telah menyatu dengan angin itu

Nah, kali ini turun hujan
Aku ingin berteduh
Namun kaki ini rasanya berat sekali kulangkahkan
Dari balik hujan aku berdiri terpaku
Aku bertanya
Kapan kaki ini bisa kugerakkan
Kapan hujan ini akan berhenti
Menjadi hari yang cerah lagi sebelum gerimis
Dari balik hujan aku yakin
Masih tersimpan rahasia


Saat Ini


Terbangun dia pagi ini
Dilihatnya matahari begitu cerah
Bunga-bunga mekar tidak seperti biasanya
Baru dia iingat, ini hari istimewa

Hari ini dia menyadari
Dia bukan lagi seorang tawanan
Yang terkurung tanpa dosa
Dia bukan lagi sampah terinjak
Dan dia bukan lagi jiwa dengan jasad hampa

Dia bebas
Menari diatas taman elok
Dan dia menjadi bagian dari kehidupan bumi ini lagi
Saat ini

Mereka memandangnya
Mengucapkan untaian kata
Yang sangat indah baginya
Mereka tersenyum padanya
Dan mereka mengingat namanya

Benarkah yang mereka tampakkan
Atau hanya palsu
Dia tak tahu
Yang dia tahu saat ini
Tak asing lagi dengannya
Tak lagi dia kejar seperti putaran waktu
Tak lagi menutup telinga, mengatup mulut rapat dan mengunci diri saat berhadapan dengan seorang, dia


Nafsu
09 September 2008


Haruslah kutahan
Tak akan ku goyah
Semua itu akan kurasa nanti
Sampai tiba waktunya

Sial!
Lagi-lagi nafsu itu datang
Guna apakah ia tiba?
Hanya menggergaji pondasi imanku

Matilah kau!
Saat ini tak guna dirimu
Waktu telah tiba
Dapat kurasa semua
Di waktu berbuka ini
Terima kasih tuhan
Berilah nikmatmu atas laku ku


Kebisuan Yang Kokoh
09 September 2008


Pagi hilang dan berlalu
Meninggalkan lahan sepi
Tak ada lagi setitik pun cahaya
Menerangi sekeliling yang mencekam

Malam sunyi datang
Hawa dingin kaku menyerta
Menembus tulang rapuh
Yang kelak diujung tanduk
Akan musnah

Untuk apa sesal datang hanya menyedia kabut kelam
Tak memecah pekat kegelapan
Gemerincing suara tiba
Meretakkan kokohnya kaca kebisuan
Itu mustahil, hanya khayal belaka


Gila-gila Indah


Indahnya bola mata itu
Yang kutatap dengan beku
Garis-garis wajah yang membentang
Seperti bentang alam indah menawan

Suaranya mengalir lembut bagai musik
Diiringi sungai gemerlap seraya mimpi

Langkah kakinya menepak
Bumi ini seperti diguncang badai mati rasa
Yang selalu mengikatku
Indahnya ciptaanmu itu Tuhan
Sampai kumelihatnya
Dunia ini hanyalah ruang hampa penuh kedahsyatan
Perasaan gila
Gila-gila indah


Puisi Yang Kehilangan Judulnya
23 September 2008


Derai kekagumanku melimpah
Kubangan cinta itu menguap
Rintik hujan tak sebanding dengan rasa ini
Bunga masa bodohku telah layu
Aku ingin menyisakan segelintir perasaanku ini
Aku berdiam tegang tak bernyawa
Saat menatap indahnya diri itu
Aku tahu ini bodoh
Bagaimana aku harus menebusnya kemudian
Dengan cinta dalam buaian
Takkan mampu menandingi
Hebatnya perasaan sial ini


Pelabuhan Gila
25 September 2008


Aku berlayar mengitari samudra kehidupan
Manis dan pahit sudah kurasakan
Hingga singgah aku di pelabuhan masa remajaku
Dan entah kapan aku kembali berlayar tinggalkannya
Saat menginjak pelabuhan ini
Aku terjebak di dalam badai
Rasa cinta
Yah terkadang penuh sandiwara
Aku mencoba bertahan
Bagai karang di laut
Yang tetap bertahan diterjang ombak
Ombak buaian yang tak putus-putus
Hanya aku yang bodoh
Tak dapat mencegah cuma kerikil tajam jalan ini
Dan mengapa harus singgah di pelabuhan gila ini
Yang penuh basa-basi hidup dan cinta


Jati Diri
24 Desember 2008



Gerimis memecah kesunyian
Makin ramai hujannya datang
Mungkin kini aku bisa menahan
Sudah gila ia meradang
Di perimpangan ia berkata
Jauhlah, tak usah dekat
Lawan hati ini pun tak bisa
Hanya memberi sebuah sekat
Lalu aku bicara sendirian
Yah, deritanya aku
Siapa aku ini?
Tak kutemukan jati diriku


Yang Ini Berharap Jadi Puisi
1 April 2009


Haruskah aku bertahan?
Di tempat ini aku terbiasa menanti.
Untuk apa aku harus menyiksa diri?
Bukankah kesabaran ada batas?
Tidak tidak.
Bukanlah kesabarang jika masih memiliki batas.
Tetap tersenyum ya, Aku.

sebuah sajak yang tak indah

:fach 2 bulan setelah lembah 22 september 2011

beginilah akhirnya yang mampu aku tuliskan;
sebuah sajak yang tak indah.


sebab semua kata yang dulu indah di mata-telinga
telah menyembunyikan dirinya entah di mana
sementara waktu telah pula mempercepat langkah
seperti diburu bermacam-macam masalah.


maka lihatlah betapa miskin sajak ini!
seperti seorang janda yang memaksa anaknya
melupakan sepatu dan tas berisi buku dan pensil
agar mau merelakan diri jadi kadal di jalan raya.
seperti juga tetangganya yang memenggal kepala
anak-anaknya yang menangis meminta makan.


maka lihatlah betapa koyak sajak ini!
persis seperti pakaian para pengemis
yang selalu membuat gadis-gadis
jijik dan tak bisa makan berhari-hari.
persis sebuah kampung yang berkali-kali
dilindas kaki-kaki bencana.


beginilah akhirnya yang mampu kutuliskan:
sebuah sajak yang tak indah.


sebab kalimat sudah tak punya tangan
sejak dilukai oleh poster-poster kampanye
calon presiden dan gubernur.
sementara air mata tak lagi manjur
menyembuhkan rasa sakit atau luka.


andai saja sajak ini sedikit lebih indah
akan aku sampirkan pada surat cintaku kepadamu,
cinta yang kepadanya seluruh rambut,
gigi dan usiaku rela berguguran.


(aan mansyur)

Ada Banyak Kata Dalam Diam

Ada lebih banyak kata dalam diam, beribu rangkaian huruf-huruf yang sulit diucapkan dapat terucap dalam diam.
Ada lebih banyak kata dalam diam, kadang luka mengharuskan kita memaki, menjelaskan namun berbentuk tak pantas yang hanya dapat menambah luka, dapat terucap dalam diam.
Ada lebih banyak kata dalam diam, tersenyum sajalah maka kata indah yang ingin kau ucap pada cintamu akan merekah dengan sendirinya.
Ada lebih banyak kata dalam diam, sepertinya aku terlalu sering diam ya?
Apa aku aneh? Ah, tidak juga.
Diam ku ada seorang yang disana yang dapat membacanya, mungkin karena hati kita terpaut, ya?
Rasanya diam pun kita dapat saling berbicara lewat hati kita masing-masing. Karena terkadang ada hal yang tak perlu diucapkan, yang begitu indah tersimpan dalam diam. Ada hal yang tak harus kita bicara kan, untuk menjaga benda rapuh itu.
Cinta.

Tawa Jadi Tempat Sembunyi

Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka. Aku tertawa. Itu caraku untuk sembunyi. Aku jadi seringkali berhasil membuat orang tertawa di atas kesedihanku, sebab kesenanganku dulu sudah banyak membuatnya sedih. Bila aku semakin lucu, itu karena ia semakin jauh. Mungkin ini karena banyak yang membenci aku saat dulu ia di dekat aku. Setiap hari aku harus mencicip bayang-bayang yang pahit, setiap hari aku harus mengenyangkan kepalaku dengan itu. Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh, aku akan menunggu semua orang dapat memeluk aku yang tidak henti-hentinya bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa sendiri, mereka amat terpukul. Sementara saat-saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan. Bila ini melemahkanku, mengapa tidak melelahkanku?

(zarry hendrik)

Sajak Paling Perih

:fach

aku sanggup menulis larik-larik puisi paling perih malam ini. menulis, misalnya, malam runtuh dan bintang biru gemetar di jauh sana. udara malam berpusar dan bernyanyi di angkasa.

aku sanggup menulis larik-larik puisi paling perih malam ini. aku mencintai dia, dan sesekali dia mencintai aku pula.

aku sanggup menulis larik-larik puisi paling perih malam ini. di kepala dia tak lagi aku capai, di dada dia tak lagi aku gapai. malam yang begitu mencekam, bertambah kejam sebab dia tiada. dan puisi menetas di dada seperti airmata-embun menetes di rumputan.
tak mengapa kalau cinta tak bisa di sini menahan dan menjaganya. malam runtuh dan dia tak bersama aku.
begitulah. di jauh sana seseorang lirih menyanyi, di jauh sana. duh, kini seluruh jiwaku luruh dan malam runtuh tanpa dia. sebab ingin dia ada di sini. tetapi tetap tatapku tak sanggup menangkap dia.

hatiku mencari, tetapi tetap dia tiada di sini. pepohonan menjadi putih lalu patah malam ini juga. kami, yang dulu satu, kini jatuh jadi sendiri-sendiri.
kini dia orang lain, milik orang lain.


adakah cinta yang jatuh kepadamu itu melebihi cintaku?

(aan mansyur)

Saat (15th of September)

Saat,
Kau tertawa bersamanya, ku kan terus tertawa meski dalam tangis.
Saat,
Kau bersedih karenanya, ku kan merenung dan membuatmu tertawa meski kau tak tahu.
Saat,
Kau bahagia, ku kan turut bahagia meski cukup hanya mengetahuinya.
Saat,
Kau tak lagi seperti yang dulu, ku kan terus mencoba mengubahmu.
Dan saat,
Kita takkan bertemu lagi, ku kan mencoba mengingatmu.


*halooo , kata-kata diatas bukan kata-kata dari feby, nemu niih di tengah jalan-jalan sama paman google malam ini . Hhhh , malam ini rasanya malam yang panjang banget. Gatau kenapa, rasanya nggak mau mengakhiri malam ini. Apa kabar saya? Yah begini sajalah, gaada yang berubah. Tetap jadi seorang gadis sangat-sangat biasa yang hidup di dalam dunia yang begitu luar biasa ini.

                                                                                                                                Salam senyum :)
                    
                                                                                                                                        sifeby


Membujuk Seorang Rahne

by : Zarry Hendrik

Mungkin kita telah membuat mereka gemas, mungkin kita begitu menggemaskan. Aku jadi ingat pada suatu waktu, di mana bola mataku didekap oleh cahaya yang terpancar dari caramu senyum dengan tersipu. Waktu itu adalah aku dan kamu, itu kita yang baru kenal. Sekarang waktu sudah jauh berjalan, detik demi detik telah menumpuk menjadi gunungan kata untuk aku meluapkan rindu dan memelukmu lagi di puncaknya.
Rahne, kau unik seunik namamu, kau lentik selentik sajakmu, dan kau menarik semenarik hidupmu. Selalu ada ucapan syukur oleh karena kau mengenal aku. Sebab tidak sekali kita berbagi kata, berduet kalimat dan bersilahturahmi dalam cerita, namun tidak seujungkukupun kutemukan keluh pada kebersahajaanmu yang menyejukkan. Aku jadi penasaran, bagaimana jadinya jika kita ada bersama di dalam satu arena, kemudian kita saling menyerang dengan bersenjatakan kata-kata yang biasa kita kawinkan. Aku pikir itu seru sekali, atau jangan-jangan malah menggemaskan? Hehehe..
Oleh karenanya di sini aku mencoba untuk bereksperimen, andai kata benar kita harus saling menyerang, mungkin yang terjadi hanyalah seperti di bawah ini..
Suatu hari, aku menghubungimu setelah kulihat berkali-kali aku tidak menjawab panggilanmu.
“Halo? Maaf, aku baru bangun, Ne.”
Aku tersadar bahwa sesungguhnya aku tidak mengindahkan kesabaranmu, di mana keletihanku hanya akan membuatku siap mendengar pitam yang seangkasa.
“Sudah! Tidurlah terus, Zar! Kau tidak perlu meminta maaf, sebab yang salah adalah aku, aku yang terlalu berharap bahwa kau akan keluar dari mimpimu dan kemudian menjawab aku. Ini seakan aku harus menunggu ikan paus segera memuntahkan bola matamu.”
“Rahne, dengarkan aku dulu!”
“Aku lelah menunggumu, Zar! Rasanya seperti berjalan dengan kaki telanjang di atas aspal jam 12 siang!”
“RAHNE!”
“Apa? Masih mau berkelit?”
“Aku rasa kau berlebihan. Aku hanya tidak menjawab panggilanmu, bukan tidak mengingatmu sama sekali! Kenapa kau jadi seperti anak kecil yang kecewa hanya karena Superman hanya ada di dalam film?”
“Bila aku seperti anak kecil, itu karena kau seperti anak gorilla!”
“Itu tidak lucu! Dengar, Ne, aku bisa jelaskan!”
“Ah, mitos apalagi, Zar? Kau pikir dengan tidak memberi kabar, kau akan jadi legenda?!! Sudahlah, Zar, masih banyak lagi yang harus aku kerjakan selain hanya meladeni dongengmu itu!”
“Baiklah! Saat nanti kau menyesal, kuharap itu bukan karena jarum jam telah menusuk matamu. Lihat saja!”
“Kau mengancam? Zarry, jangan bawa-bawa sang waktu hanya karena kau pikir aku adalah waktu luangmu!”
“Itu pemikiran yang picik yang pernah kudengar selama bertahun-tahun aku hidup di bumi ini!”
“Kau memang hidup di bumi ini. Tetapi lihat, tidak kau izinkan duniamu  nyata di hidupku, Zar.”
“Kau salah, Ne.”
“Salah apa? Salah satu manusia yang rindunya tidak dihargai?”
“Oh, jadi rindu yang meraksasa itu telah membuatmu marah, sampai aku terlihat begitu kecil di matamu? Itu?”
“Lebih dari itu!”
“Hmmm, ya sudah, aku minta maaf.”
“Aku bisa tetap merindukanmu tanpa harus memaafkanmu. Sudahlah!”
“Rahne, aku minta maaf. Selain aku manis dan baik hati, aku tahu aku egois.”
“Hih!”
“Baiklah, kau di mana sekarang, aku ke sana?”
“Memejamlah, sebab aku ada di situ!”
“Rahne, tolong jangan cemberut terus! Nanti kau jadi mirip lapisan bumi yang sudah bolong, kau tahu?”
“Biar, biar sampai matahari ada sejengkal dari kepalamu, mungkin barulah kau sadar bahwa rinduku sudah banyak bertaburan di langit.”
“Baik, kalau kau masih tetap ingin cemberut, aku akan melukis wajahmu di atas lembar hidupku, agar nanti bisa kuingat, aku pernah bodoh sekali.”
“Aku rasa ada sesuatu di mulutmu yang manis itu, yang mungkin bisa kubersihkan dengan menggunakan sendal.”
“Bila itu caramu mengungkapkan rasa sayang, lakukan!”
“Itu Zarry, selalu pintar merayu. Entah apa hanya aku yang dirayunya! Huh!”
“Seperti ada hitam yang berkilau, itulah aku yang cuma genit tapi setia.”
“Ya sudah, cepat temui aku di sini, aku sudah menyiapkan sendal ternikmat untukmu.”
Hahahaha, mungkin percakapan di atas berlebihan, tetapi semoga tidak kekurangan sama sekali. Tulisan ini hanya sebagian kecil dari cara aku menggambar kagumku kepada Rahne. Sebab jauh di atas aku, ada langit pagi yang selalu melukiskannya.
Kau tahu, mungkin aku adalah satu dari berbagai sahabat yang tidak pernah melihatnya marah, atau paling tidak matanya benar-benar melotot. Rahne adalah sosok yang lembut, tetapi tidak lembek. Ia begitu rendah hati dan tidak pernah memandang remeh hal-hal kecil. Ada banyak kata tentangnya, yang dengan mudahnya tumpah berserakan di atas tanah hatiku.
Inilah aku yang hanya kata, sesuatu yang pernah ia katakan.
Salam pencinta kata, Zarry hendrik.

Sadgenic

(rahne putri)

Aku heran, sebersit senyummu bisa memecah rindu sekeras itu di dadaku
Aku heran, pekik tawamu bisa membuatku menyebrangi waktu demi waktu
Aku heran, bagaimana bisa semua ketenangan dan kebahagiaan mewujud kamu.
Aku heran, bagaimana kamu selalu tersebut dalam doa dan menunggu diamini waktu
Aku heran, bagaimana bisa kamu tertinggal di diriku
Aku heran, bagaimana bisa dengan sejentik waktu.
Pusaran matamu menenggelamkanku
Aku heran, bagaimana aku dengan mudahnya mencintaimu
Sepertinya itu bukan keheranan, aku memang terlahir untuk menunggu dan lalu menemani kamu. Sepanjang waktu.

:fach