Kumpulan Tulisan Feby Masa Putih Biru Tua

Waktu SMP feby udah mulai nyoba2 nulis loh, ya memang nggak jauh beda hasil tulisannya sama yang sekarang, masih belum bisa dibilang bagus. Tapi tulisan pas SMP ini begitu dibaca lagi rasanya kok agak gimana gitu, sedikit lucu bacanya karena penuh dengan emosi dan kelabilan hahaha. Cuma sebagian yang mau feby publish, itupun udah dengan sedikit modifikasi instan (biar nggak kelihatan kali jadulnya).


Topeng Kelinci
22 Agustus 2008


Tawa mereka
Hinaan mereka
Bagaikan anak panah
Yang menembus dada ku
Tetapku berdiri
Namun hatiku hancur
Bagaikan kaca yang dicampakkan begitu saja
Inginku mengadu
Tapi kepada siapa?
Kepada rumput yang bergoyangkah?
Kepada pohon yang diam kokoh berdirikah?
Atau kepada sahabat?
Yang melainkan hanya singa yang memakan anaknya sendiri
Caci, cacilah aku!
Maki, makilah aku!
Tertawalah, tertawalah kalian!
Wahai anjing-anjing gila
Yang memakai topeng kelinci


Dari Balik Hujan
24 Agustus 2008


Angin bertiup
Bukan lagi sepoi-sepoi
Melainkan akan turun gerimis
Nah, gerimis itu datang
Bulir-bulir air kecil menetes
Seperti air mataku
Yang telah menyatu dengan gerimis itu

Kali ini lain...
Angin itu makin menjadi-jadi
Mengamuk
Seperti perasaanku ini
Yang telah menyatu dengan angin itu

Nah, kali ini turun hujan
Aku ingin berteduh
Namun kaki ini rasanya berat sekali kulangkahkan
Dari balik hujan aku berdiri terpaku
Aku bertanya
Kapan kaki ini bisa kugerakkan
Kapan hujan ini akan berhenti
Menjadi hari yang cerah lagi sebelum gerimis
Dari balik hujan aku yakin
Masih tersimpan rahasia


Saat Ini


Terbangun dia pagi ini
Dilihatnya matahari begitu cerah
Bunga-bunga mekar tidak seperti biasanya
Baru dia iingat, ini hari istimewa

Hari ini dia menyadari
Dia bukan lagi seorang tawanan
Yang terkurung tanpa dosa
Dia bukan lagi sampah terinjak
Dan dia bukan lagi jiwa dengan jasad hampa

Dia bebas
Menari diatas taman elok
Dan dia menjadi bagian dari kehidupan bumi ini lagi
Saat ini

Mereka memandangnya
Mengucapkan untaian kata
Yang sangat indah baginya
Mereka tersenyum padanya
Dan mereka mengingat namanya

Benarkah yang mereka tampakkan
Atau hanya palsu
Dia tak tahu
Yang dia tahu saat ini
Tak asing lagi dengannya
Tak lagi dia kejar seperti putaran waktu
Tak lagi menutup telinga, mengatup mulut rapat dan mengunci diri saat berhadapan dengan seorang, dia


Nafsu
09 September 2008


Haruslah kutahan
Tak akan ku goyah
Semua itu akan kurasa nanti
Sampai tiba waktunya

Sial!
Lagi-lagi nafsu itu datang
Guna apakah ia tiba?
Hanya menggergaji pondasi imanku

Matilah kau!
Saat ini tak guna dirimu
Waktu telah tiba
Dapat kurasa semua
Di waktu berbuka ini
Terima kasih tuhan
Berilah nikmatmu atas laku ku


Kebisuan Yang Kokoh
09 September 2008


Pagi hilang dan berlalu
Meninggalkan lahan sepi
Tak ada lagi setitik pun cahaya
Menerangi sekeliling yang mencekam

Malam sunyi datang
Hawa dingin kaku menyerta
Menembus tulang rapuh
Yang kelak diujung tanduk
Akan musnah

Untuk apa sesal datang hanya menyedia kabut kelam
Tak memecah pekat kegelapan
Gemerincing suara tiba
Meretakkan kokohnya kaca kebisuan
Itu mustahil, hanya khayal belaka


Gila-gila Indah


Indahnya bola mata itu
Yang kutatap dengan beku
Garis-garis wajah yang membentang
Seperti bentang alam indah menawan

Suaranya mengalir lembut bagai musik
Diiringi sungai gemerlap seraya mimpi

Langkah kakinya menepak
Bumi ini seperti diguncang badai mati rasa
Yang selalu mengikatku
Indahnya ciptaanmu itu Tuhan
Sampai kumelihatnya
Dunia ini hanyalah ruang hampa penuh kedahsyatan
Perasaan gila
Gila-gila indah


Puisi Yang Kehilangan Judulnya
23 September 2008


Derai kekagumanku melimpah
Kubangan cinta itu menguap
Rintik hujan tak sebanding dengan rasa ini
Bunga masa bodohku telah layu
Aku ingin menyisakan segelintir perasaanku ini
Aku berdiam tegang tak bernyawa
Saat menatap indahnya diri itu
Aku tahu ini bodoh
Bagaimana aku harus menebusnya kemudian
Dengan cinta dalam buaian
Takkan mampu menandingi
Hebatnya perasaan sial ini


Pelabuhan Gila
25 September 2008


Aku berlayar mengitari samudra kehidupan
Manis dan pahit sudah kurasakan
Hingga singgah aku di pelabuhan masa remajaku
Dan entah kapan aku kembali berlayar tinggalkannya
Saat menginjak pelabuhan ini
Aku terjebak di dalam badai
Rasa cinta
Yah terkadang penuh sandiwara
Aku mencoba bertahan
Bagai karang di laut
Yang tetap bertahan diterjang ombak
Ombak buaian yang tak putus-putus
Hanya aku yang bodoh
Tak dapat mencegah cuma kerikil tajam jalan ini
Dan mengapa harus singgah di pelabuhan gila ini
Yang penuh basa-basi hidup dan cinta


Jati Diri
24 Desember 2008



Gerimis memecah kesunyian
Makin ramai hujannya datang
Mungkin kini aku bisa menahan
Sudah gila ia meradang
Di perimpangan ia berkata
Jauhlah, tak usah dekat
Lawan hati ini pun tak bisa
Hanya memberi sebuah sekat
Lalu aku bicara sendirian
Yah, deritanya aku
Siapa aku ini?
Tak kutemukan jati diriku


Yang Ini Berharap Jadi Puisi
1 April 2009


Haruskah aku bertahan?
Di tempat ini aku terbiasa menanti.
Untuk apa aku harus menyiksa diri?
Bukankah kesabaran ada batas?
Tidak tidak.
Bukanlah kesabarang jika masih memiliki batas.
Tetap tersenyum ya, Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar