Surat Lamaran Tukang Pos Cinta

Malang, 27 Agustus 2012
Hal : Lamaran Tukang Pos Cinta

Kepada Ytc (Yang Tercinta),
Bosse @PosCinta
di Jalan menuju rumah-rumah kami yang dicinta

Dengan cinta,
Bosse @PosCinta, seorang yang begitu baik hati dengan tulusnya mengantarkan surat-surat kepada berpuluh pasang mata dan berpuluh keping hati, menginformasikan kepada saya tentang lowongan untuk menjadi seorang tukang pos baru.
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya mengajukan diri untuk bergabung dalam pasukan pengantar cinta kasih tanpa pamrih.
Mengenai diri saya, dapat saya jelaskan sebagai berikut :
Nama                                                      :        Febiola Aditya Yusuf
Keadaan Lahir                                         :        Dengan Penuh Tangisan Cinta
Pendidikan #30HariMenulisSuratCinta     :        4 Kali Menulis Surat Cinta Kepada
                                                                        Bosse Tersayang
Alamat                                                    :        Kalau Bosse Berkenan Mudah-mudahan
                                                                        Akan Tinggal Juga di Jalan Menuju
                                                                        Rumah-rumah Mereka yang Dicinta
Telepon                                                  :        Melalui Panah Cupid
Status                                                     :        Menanti Cinta
Saat ini saya sedang berkelana di kampus tercinta sebagai mahasiswa baru, dan saya dengan sepenuh hati mengatakan bahwa, SAYA SIAP MENJADI TUKANG POS CINTA, saya yakin bosse dan semuanya tidak akan kecewa dengan ketulusan saya ini. Mudah-mudahan.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :
1. Saya suka sekali menulis, apalagi tentang cinta.
2. Saya ingin berkenalan dengan banyak orang yang lebih hebat dari saya.
3. Saya mampu menyambut hangat sesuatu hal yang baru, orang-orang baru, cinta-cinta baru.
4. Saya mampu mengayuh sepeda di dunia maya hingga beribu kilometer demi surat cinta yang telah dititipkan kepada saya.

Besar harapan saya untuk diberi kesempatan menjadi anak buah bosse yang baru.
Demikian saya sampaikan. Terima kasih atas perhatian bosse.


Cinta saya,



@febiolaaditya

Bayang-bayang



Hati-hati ada bayang-bayang. Yang samarnya mampu membolak-balik hati. Menghantam ingatan dari segala penjuru. Bayang-bayang kenangan.

Kau kehilangan arah dan tak tahu harus berbuat apa, disaat itulah kenangan memiliki fungsi, memberi pelajaran yang tak diberikan oleh guru manapun. Segera selesaikan nostalgia itu dan kau dapat menyimpan lagi kenangan, tersimpan rapi di sudut ingatan. Karena selamanya, kenangan hanya nyawa tanpa tubuh, yang tak mampu lagi disentuh. Saat teramat ingin kembali menyentuh, saat itu pula penyesalanmu terasa utuh.

Dalam kegelapan, bayang-bayang masih terlalu terang untuk berbentuk. Sebab bahagia masih dipeluk. Dan tak akan pernah tahu kapan akan melayang, terbang. Bayang-bayang kehilangan.

Saat kau merasa bahagia begitu lengkap, dekap ia dengan kasih. Hanya karena ia ada, bukan berarti selamanya. Beri kasih hingga keberadaannya terasa tak sia-sia. Karna akan ada masa dimana satu persatu akan pergi dan menghilang, maka takkan ada penyesalan.

Kencanilah Gadis yang Membaca


"Kencanilah gadis yang membaca. Berkencan dengan seorang gadis yang menghabiskan uangnya untuk buku bukan pakaian. Dia memiliki masalah dengan ruang lemari karena dia memiliki terlalu banyak buku. Berkencanlah dengan seorang gadis yang memiliki daftar buku-buku yang ingin dibaca, yang telah memiliki kartu perpustakaan sejak ia berusia dua belas.

Carilah seorang gadis yang membaca. Kamu akan mengenalinya karena dia akan selalu memiliki sebuah buku yang belum dibaca dalam tasnya.Dia yang penuh kasih melihat ke atas rak-rak di toko buku, orang yang diam-diam menangis ketika dia menemukan buku yang diinginkannya. Kamu melihat gadis aneh mengendus halaman sebuah buku tua di sebuah toko buku bekas? Itulah pembaca. Mereka tidak pernah bisa menolak berbau halaman, terutama ketika mereka berwarna kuning.

Dia gadis yang membaca sambil menunggu dalam warung kopi di jalan. Jika kamu mengintip ke dalam cangkirnya nya, ada creamer tanpa susu yang mengambang di atas permukaan kopinya karena dia sudah asyik berpetualang. Hilang dalam dunia yang dibuat seorang penulis. Duduklah. Dia mungkin akan mengacuhkanmu, karena kebanyakan gadis yang membaca tidak ingin diganggu. Tanyakan padanya apakah dia menyukai buku itu.

Belikan ia secangkir kopi lainnya.

Biarkan dia tahu apa pendapatmu tentang Murakami. Lihat apakah dia berhasil melewati bab pertama Fellowship. Pahami bahwa jika dia mengatakan dia mengerti James Joyce Ulysses dia hanya mengatakan kalau itu terdengar cerdas. Tanyakan padanya apakah dia mencintai Alice atau dia ingin menjadi Alice.

Sangat mudah untuk berkencan dengan seorang gadis yang membaca. Berikan buku untuk ulang tahunnya, untuk Natal dan peringatan. Beri dia hadiah lewat kata-kata, dalam puisi, dalam lagu. Berikan Neruda nya, Pound, Sexton, Cummings. Biarkan dia tahu bahwa kamu mengerti kalau kata-kata adalah cinta. Pahami bahwa dia tahu perbedaan antara buku dan realitas yang diciptakan oleh Tuhan, dia akan mencoba untuk membuat hidupnya sedikit seperti buku favoritnya. Tidak akan menjadi kesalahanmu jika dia melakukannya.

Dia membuat hidupnya penuh kejutan entah bagaimana.

Kebohongan baginya. Jika dia mengerti penyamaran, dia akan memahami kebutuhan akan kebohongan. Di balik kata-kata ada hal lain yang tersamar: motivasi, nilai, nuansa, dialog. Hal itu tidak akan menjadi akhir dari dunia.

Kegagalan baginya. Seorang gadis yang membaca tahu bahwa kegagalan selalu ada di klimaks. Karena gadis yang mengerti bahwa segala sesuatu ada akhirnya. Selalu dapat menulis potongan hidup, dapat memulai lagi dan lagi dan masih menjadi pahlawan. Ia tahu bahwa dalam hidup terdapat seorang maupun dua penjahat.

Mengapa harus takut dengan segala sesuatu yang tidak kamu miliki? Gadis yang membaca mengerti bahwa orang-orang, seperti karakter, akan berkembang. Kecuali dalam Twilight.

Jika kamu menemukan seorang gadis yang membaca, tetaplah berada di dekatnya. Bila Anda menemukannya pukul 2 pagi menggenggam sebuah buku ke dadanya dan menangis, buatkan dia secangkir teh dan peluk ia. Kamu bisa kehilangannya selama beberapa jam tapi dia akan selalu datang kembali kepadamu. Dia akan berbicara seolah-olah karakter dalam buku  adalah nyata, karena terkadang, memang benar.

Kamu akan melamarnya saat menaiki balon udara. Atau selama konser rock. Atau dengan begitu santai saat ia sakit. Terlebih lagi lewat Skype.

Kamu akan tersenyum begitu lebar dan bertanya-tanya mengapa hatimu belum meledak dan kehabisan darah di seluruh dada karenanya. Kamu akan menulis kisah hidupmu, memiliki anak-anak dengan nama aneh dan bahkan selera asing. Dia akan memperkenalkan anak-anak mu pada Cat dalam dunia Hat dan Aslan dalam bumi Narnia, mungkin di hari yang sama. Pada usia tua kamu akan berjalan bersama-sama di musim dingin dan ia akan membaca Keats dalam napasnya saat kamu mengguncang salju dari sepatu.

Berkencanlah dengan seorang gadis yang membaca karena kamu layak mendapatkannya. Kamu berhak mendapatkan gadis yang bisa memberi kehidupan paling berwarna-warni yang bisa dibayangkan dibayangkan. Jika kamu monoton, dan menyia-nyiakan waktu dan tak percaya diri, maka kamu lebih baik sendirian dalam duniamu. Jika kamu ingin keluar dari dunia tersebut, berkencanlah dengan seorang gadis yang membaca.

Atau lebih baik lagi, berkencan dengan seorang gadis yang menulis."

Thank You


Radar Neptunus ku akan melayangkan beribu ucapan terima kasih :D


Makasihya Jubaidah si Gadis Asap dari Gua Hantu ku @dybafarah buat lebaran yang menyenangkannya :)


Dari Gelu, Panta, Fungi, dan Bulge ku :3

Dari Sponge Bob ku @demot_ <3


Dari Zael @elzaramaharani :*


Dari Picaa @avissanovali {}


Dari @LhySherly :)

For everyone!

And last, for a voice note :)

Selamat Ulang Tahun, Aku :)

Sabtu, 25 Agustus 2012.

Hari ini kunobatkan sebagai hari pertama aku menikmati hujan kembali setelah hampir dua bulan aku tak bisa memandangi rintik-rintik air yang luruh ke bumi dan merasakan mereka melalui sela jemari. Hari ini aku kehujanan doa. Satu per satu mereka menitik lewat mata, luruh ke pendengaran, hingga menelusup ke sela-sela ingatan. Mereka adalah doa-doa yang menghujan dari orang tua, saudara, sahabat, teman, dan orang-orang yang bahkan belum pernah kutemui sebelumnya. Doa-doa baik, gila, dan sendu yang pasti akan didapatkan semua orang saat merayakan satu hari paling berharga dalam hidupnya. Semoga dikabulkan oleh Allah SWT dan segala kebaikan berbalik kepada semua yang mendoakan. Pada akhirnya hanya terima kasih yang mampu aku ucapkan, terima kasih karena telah memberikan sedikit waktu untuk mengingatku hari ini dan memberikan sebuah ucapan yang berarti.

Aku mendapati tak sedikit kata-kata puitis, panggilan-panggilan aneh yang sudah melekat buatku, dan kegilaan lainnya yang sering kuciptakan sendiri dilayangkan kepadaku hari ini. Rasanya aneh dan lucu, ingin tersenyum selebar sayap elang mengetahui bahwa aku diingat akan itu. Aku bahagia karna hanya pada hari seperti ini aku merasa berarti.

Dan harapanku, semoga segala doa yang menghujan hari ini menjadi penyemangat, pengingat, dan akhirnya menjadi pengabulan olehNya yang mengiringi langkah di hidupku selanjutnya. Di delapan belas, aku menitipkan harapan. Dan hari dimana aku menikmati hujan ini, akhirnya kututup dengan air mata membanjir.

Selamat ulang tahun, Aku :)

21 Agustus 2012


Here I am... Berada di Pacitan di kampung halaman pak SBY dan Farahdiba Maharani Putri, si gendeng dari gua hantu (yang sudah tidur lelap disamping saya dengan ingus yang meler-meler). So many things that I've been through, yang nggak sempat dituliskan. 

Dimulai dari keberangkatan dari Medan ke Malang pertengahan Juni, bertemu orang-orang luar biasa baiknya yang sudah bersedia mambantu mengurus ini dan itu, keluarga-keluarga baru saya disini, temen-temen kos, Nulis Buku Club Brawijaya yang saya rintis dan sudah mulai banyak yang tertarik, padahal saya masih Maba hehe, bang Ajir yang udah saya anggap seperti abang sendiri, kak Ayu dan kakak-kakak dari asrama putri Cut Meutia, kak Indri teman seperjuangan kak Debby yang baik hati mau nemenin jalan-jalan, Om Faisal dan Tante Siska, tanpa mereka saya hanyalah butiran debu di Malang. Jalan-jalan ke tempat yang pengen banget saya kunjungin, kaya monas, ITB, terwujud. Alhamdulillah Allah ngasih kemudahan buat semuanya hingga detik ini.

Nggak nyangka aja udah sejauh ini, ketemu Rini dan Runi udah di kota tempat mereka kerja aja, buka bareng  sebagian yang ada di Bandung udah di kota tempat mereka kuliah aja. Nggak tau lagi bakal ketemu siapa dan dimana. Semoga di tempat yang lebih nggak terduga lagi deh.

Udah 3 minggu juga sendiri, ditinggal mama, udah 2 bulan lebih jauh dari keluarga dan teman-teman yang udah pisah-pisah entah dimana. Rasanya itu sesuatu. Sedih? Banget. Tapi nggak pengen dirasa-rasa, biar aja mengalir jalan hidup ini, demi cita-cita juga. 

Met lebaran ya semuanya, ramadhan tahun ini berkah banget menurut saya. Penuh arti. Lebaran disini juga serasa ada di rumah, alhamdulillah. Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir batin kalo ada salah-salah kata ataupun perbuatan :) 

Dan saya sangat merindukan hujan...

(00:22)

Kacamata

Ada ketertarikan sendiri bagiku saat melihat perempuan berkacamata. Bukan kacamata hitam, melainkan kacamata berlensa putih. Kelihatan pintar di mataku, meski aku tidak tahu yang sesungguhnya. Melihat mereka, rasanya aku, jatuh hati.

Aku sedang bersantai di gazebo kampus, merasakan semilir angin yang berhembus meraba kulitku dan berbisik-bisik di telinga. Langit siang ini sedikit mendung dan yang kutunggu belum juga datang. Farah, seorang perempuan berkacamata minus dua. Rambutnya hitam lebat dan panjang, tak pernah dibiarkannya tergerai, selalu ada inovasi dalam cara mengikat rambut darinya. Di balik kacamatanya, tersimpan kepintaran sesungguhnya dari seorang perempuan berkacamata namun tertutupi oleh sikapnya yang sedikit kekanak-kanakan. Tawanya menular, saat ia tertawa, tak dapat kutahan senyum mengembang dari sudut bibir. Kacamatanya berframe biru, ya, dia menyukai biru. Dan aku menyukainya, sahabatku.

Sudah lebih setengah jam aku menunggu, dia belum datang juga. Aku mencoba menghubunginya, tidak ada jawaban. Kuputuskan untuk menyusul ke fakultasnya, tak jauh dari gazebo tempat aku menunggu, tempat kami biasa menghabiskan waktu untuk bercerita tentang apa saja.

Aku masuk ke dalam gedung fakultas hukum, kutemukan Andre di dekat tangga, teman sekelas Farah semester ini.

“Hoi Ndre.” Kutepuk pundaknya.

“Hoi Ze, widih makin gonjes aja tuh rambut, nggak sekalian dibotakkin aja?”

“Santai bos. Farah udah keluar belum?”

“Masih di kelas sih tadi. Naik tanggga, kelas pertama sebelah kiri. Lagi sibuk deh kayanya.”

“Sibuk? Ngapain?”

“Liat aja sendiri.”

“Oke, thanks Ndre.”

Aku langsung bergegas menuju kelas Farah, dengan napas terengah karena terburu-buru menaiki tangga, aku tiba di depan kelas. Farah disana, tak sendiri, bersama seorang yang kukenal, Reza. Belakangan ini Reza sering mengajak Farah jalan berdua, serasa ada yang menghimpit di dada setiap mengetahuinya, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa menyukai Farah dalam diam dan entah kapan akan terungkap. Mereka disana, duduk berdua, saling tertawa. Tak sanggup lagi, segera aku menuruni tangga dan pulang tanpa Farah. Hanya bisa menunggunya mengirim pesan singkat pemberitahuan bahwa ia pulang bersama Reza, tidak denganku.

***

“Ze! Bangun Ze.” Sayup-sayup kudengar suara Ibu menggedor pintu kamar. “Ze, ada Farah tuh.”
Farah? Aku langsung bangun dari tidur yang tak berapa lama tadi. “Ya buk, bentar.” Kuambil HP, ada sebuah pesan.

Ze, dimana?

Tandanya Farah tidak pulang bersama Reza hari ini. Aku tersenyum, seperti ada beban berat yang terangkat dari dada. Sedikit rasa bahagia sesaat yang hadir dari kesakitan. Aku beranjak menemuinya. Farah sudah menunggu di teras depan.

“Maaf Far, ketiduran.”

“Tauk!” Ia membuat-buat muka cemberut.

“Eh kenapa? Nggak pulang bareng Reza? Tadi aku liat kamu sama dia di kelas, dan ngebiarin yang udah nunggu di tempat biasa.”

“Ih ngintip! Pantesan, maaf ya lama ngabarinnya, keasikan hehe.” Aku tersenyum lalu menoyor kepalanya.

“Dasar. Eh dalam rangka apa kesini? Tumbenan.” Sebenarnya aku ingin bertanya makna dibalik ‘keasikan’ tadi.

“Ehm, kalo aku bilang aku jadian sama Reza, kamu bakal seneng nggak?” Farah menatapku, menusuk tepat di hatiku dengan pertanyaannya barusan, atau mungkin sebuah pernyataan?

“Kapan? Tadi?” Datar, mencoba untuk tetap terlihat tenang, hanya itu yang mampu kukatakan.

“Hemm belum sih, belum aku jawab.”  Terjawab sudah, ternyata sebuah pertanyaan.

“Maunya kapan?”

“Tunggu kamu setuju.”

“Kenapa aku?”

“Kamu kan sahabat aku Ze...”

Rasanya menyakitkan, tak ada ruang bagi hatiku untuk diam lagi.

“Far, sebelum aku jawab. Ada sesuatu yang harus kamu tau. Sadar nggak kalo selama ini aku jadi baju tidur buat kamu?”

“Hah? Maksud kamu?” Farah membetulkan letak kacamatanya yang sebenarnya baik-baik saja, masih menatapku. Aku selalu suka caranya melakukan itu.

“Selama ini kita deket dan aku selalu jadi tempat dimana  kamu cerita tentang semua cowok yang deket sama kamu, nemenin kamu kalo lagi sendirian. Rasanya aku itu ibarat baju tidur yang kamu pake buat dapet kenyamanan aja, tapi waktu kamu menghadapi dunia, kamu pake baju kasual dan semua orang ngelihat itu. Baju itu kamu pake buat ngejalanin hidup kamu tapi orang lain nggak ada yang tahu baju apa yang kamu pake buat lelap, apa itu baju yang sama atau enggak mereka nggak tahu.” Farah terpaku, ada sinar keterkejutan sekaligus kekecewaan disana.

“Kamu suka sama aku, Ze?” Farah menatap kosong entah kemana, tak lagi kearahku. Aku gugup.

“Iya, Far.”

“Sejak kapan?”

“Entahlah.”

“Tapi kan...”

“Aku sahabat kamu, aku tahu. Aku cuma kepingin jujur.”

Farah menatapku, “Aku nggak nyangka Ze. Kamu tahu ini gila. Tapi aku juga nggak mau keadaan bakal berubah gara-gara ini.”

“Nggak akan, aku bakal tetep jadi sahabat kamu terus, baju tidur buat kamu.” Aku menghela nafas, “Dan aku setuju kamu sama Reza.”

Hanya bisa tersenyum, lega karna semua yang terpendam telah tersampaikan, ingin hilang dari hadapan Farah, untuk mencegah rasa ini muncul kepada seseorang berkacamata lain, bukan Farah.

“Aku masih nggak percaya Ze, bener-bener nggak percaya. Makasih ya, aku yakin kamu bakal ketemu yang tepat, yang benar-benar tepat.” Farah mengulangnya dengan penuh penekanan.

“Iya, asal waktu tidur pake baju tidur itu, kamu tetep pake kacamata terus ya?”

“Gila! Hahaha.” Farah tertawa, aku tertawa. Tak ada lagi perkara dan semua baik-baik saja.

***

Seperti biasa, aku menikmati waktu kosong di gazebo. Menunggu kelas yang akan mulai satu jam lagi. Tak ada pemandangan menarik disini, namun suasana yang teduh membuatku selalu nyaman untuk sekedar duduk diam tak melakukan apapun disini. Di sudut sana, aku melihat Farah sedang duduk berdua dengan Reza. Mereka resmi jadian.

“Ze!” Aku menoleh, Bayu menyodorkan secarik kertas ke hadapanku.

“Apaan nih?”

“Udah dapet kelompok belum buat ntar? Mau gabung? Kosong nih satu kepala lagi.”

“Yayaya boleh.”

“Okedeh.” Bayu menuliskan namaku di daftar anggota kelompok urutan kelima.

5. Zenna Khairina

“Masuk yuk.” Bayu mengajakku.

“Duluan deh. Masih mau ngelamun lagi nih.”

“Dasar melankolis.” Bayu melongos pergi. Aku kembali melihat kearah Farah dan Reza.

Ya, mungkin suatu saat aku memang harus menemukan seseorang yang tepat, benar-benar tepat, sosok pria berkacamata. Setidaknya begitu.

(Untuk project The Mimins, dari @NBC_UB)

Perkara Rindu


Pada satu malam yang dingin. Dimana tak ada satu pasang mata terbuka, saat tak ada sehela hembusan nafaspun yang terbuang sengaja. Ketika sebuah desahan menjadi begitu berarti bagi keheningan.

Disitu, aku masih terjaga, menciptakan dunia yang ada dalam kepala menjadi berwujud kamu. Kamu, yang tak sering kabarnya kuketahui, kamu yang perasaannya terlalu dangkal untuk kuselami. Kamu yang tak akan pernah tahu betapa aku selalu tersenyum akan kehadiranmu. Entah itu nyata ada ataupun kubuat-buat sendiri menjadi ada, memikirkanmu seperti ini misalnya?

Ada satu yang menjadi sebab semua perkara ini.

Hanya satu mengapa aku belum juga lelap.

Cuma satu, rindu.

(Malam takbiran yang gelap menuju Pacitan, di dalam mobil di samping pria misterius, 19 Agustus 2012, 00:56)

Di Sepanjang Setapak

Kau datang tersenyum
Ku sambut juga dengan senyum
Kau peluk aku erat
Dan kau lepaskan dengan berat
Di sepanjang setapak

Kau tatap mataku
Jangan, jangan menangis. Kataku
Lalu kau tersenyum lagi
Dan berkata ingin pergi
Di sepanjang setapak

Aku tak mengerti sayang
Apa aku telah melakukan curang?
Kau menggeleng sendu
Bukan kau, aku. Katamu
Di sepanjang setapak

Jalan setapak menjadi saksi, perpisahan yang paling perih
Tanpa selamat tinggal dan kata-kata manis seperti di film-film
Hanya tangis yang kau sebabkan dengan sadis, lalu berpisah ditemani gerimis
Di sepanjang setapak

(13 Juni 2012)

Bintang - Air


Bintang di langit
Kerlip engkau di sana
Memberi cahayanya di setiap insan

Malam yang dingin
Kuharap engkau datang
Memberi kerinduan di sela mimpi - mimpinya

Melangkah sendiri di tengah gelap malam
Hanya untuk mencuri jatuh sinaran
Tak terasa sang waktu
Melewati hidupnya
Tanda pagi menjelang
Mengganti malam

Oh bintang tetaplah pastikan cahyanya
Sinari langkahku setiap saat
Bintang pun tersenyum dengarkan pintaku
Berikan kecupan di sudut tidurnya

(Ini lagu favorit saya dulu :) dulu banget pas masih kecil, tiba-tiba teringat dan jadi suka nyanyiin lagi hehe. Here the sound when I sing this beautiful song: soundcloud.com/febiolaaditya/bintang ^_^ )

Stay - Miley Cyrus

Well it's good to hear your voice
I hope you're doing fine
And if you ever wonder
I'm lonely here tonight

I'm lost here in this moment
And time keeps slipping by
And if I could have just one wish
I'd have you by my side

Oh, ho, I miss you
Oh, ho, I need you

And I love you more
Than I did before
And if today I don't see your face
Nothing's changed
No one could take your place
It gets harder every day
Say you love me more than you did before
And I'm sorry it's this way
But I'm coming home
I'll be coming home
And if you ask me I will stay
I will stay

Well I try to live without you
But tears fall from my eyes
I'm alone and I feel empty
God, I'm torn apart inside
I look up at the stars
Hoping you're doing the same
And somehow I feel closer
And I can hear you say

Oh, ho, I miss you
Oh, ho, I need you
[ Lyrics from: http://www.lyricsty.com/miley-cyrus-stay-lyrics.html ]
I will stay
Always stay
I never want to lose you
And if I had to, I would choose you
So stay
Please always stay
You're the one that I hold on to
Cause my heart would stop without you

Membebaniku

Pembuktian itu butuh pengorbanan. Di rumah aku dikenal sebagai Fania yang penakut, ini karena film-film horor yang terus-terusan kutonton padahal aku tahu setelahnya aku tidak akan pernah bisa tidur sendirian di kamar. Kali ini akan aku buktikan bahwa ketakutan hanya debu yang menumpang lewat di mataku. Lagipula kalau aku masuk paskibra aku bisa dekat sama Reno, kakak kelas yang kadar kegantengannya melebihi batas itu, tekadku untuk masuk paskibra semakin menggebu-gebu. Karna nantinya dia yang bakal melatih kami para junior unyu-unyu ini, yang masih kelas satu bukannya mengincar perhatian guru malah ngincar perhatian cowok-cowok yang unyu pula. Tapi bergabung menjadi  anggota paskibra  itu tidak semudah mengupas kulit pisang, ada proses yang super duper berat. Walaupun mengupas kulit pisang juga ada prosesnya, yaitu kupas dan buang di tong sampah supaya tidak ada yang kepeleset.

Sabtu sore kami semua dibariskan di tengah lapangan, untuk menjalani pelantikan.

“Setelah kakak bubarkan kalian boleh bersih-bersih, lalu jam 9 nanti baris lagi disini. Jangan ada yang terlambat, paskibra nggak kenal yang namanya jam karet.”

Kak Doni, orangnya tinggi besar kulit hitam. Di kegelapan aku yakin yang terlihat cuma giginya saja. Bukan bermaksud mengejek, aku bicara fakta. Satu persatu nama dipanggil untuk masuk kedalam gedung sekolah bertingkat kami yang sudah sedemikian rupa disulap menjadi rumah hantu oleh kakak-kakak senior, kami harus berjalan mencari evolet dan scraf masing-masing di penjuru ruangan, tapi bukan hanya cari, dapat, dan pergi.

“Fania!” 

Baiklah ini dia, namaku dipanggil. Tanpa penerangan apapun aku masuk ke dalam, pertama-tama lobi. Begitu aku masuk semilir angin langsung menghembus di tengkukku, sumpah aku ingin pulang sekarang. Tapi tidak ada kesempatan lagi buat mundur, aku harus terus maju. Aku berjalan melewati lobi.

“Psst.” Ada yang memanggil dari arah meja piket. Aku sedikit terkejut, ada sesosok tubuh disana. Kudekati dia, ternyata seorang kakak kelas. Jantungku lebih tenang, setidaknya untuk beberapa saat.

Evolet ada di lantai 2, cari di semua sudut di laci meja murid, meja guru, di dalam tong sampah, di kamar mandi, scraf di lantai 3. Setiap naik tangga di sebelah kanan ada pos, kamu harus lapor ke pos dulu. Nanti ada tugas-tugas yang dikasih. Nah sebelum naik tangga, buat pos ini, tugasnya itu.” Jantungku berdegup kencang lagi, kakak itu menunjuk ke ruang guru. “Masuk ke sana, terus balik kesini lagi kasih tau apa yang kamu liat. Oke? Sekarang.”

Aku mengangguk, menelan ludah. Tugas macam apa ini? Sudahlah, aku harus cepat-cepat menyelesaikan semua kebodohan ini. Aku berjalan santai ke ruang guru, lalu kubuka perlahan pintu. Gelap dan kosong. Nampaknya ada sesuatu diatas meja Bu Hani, wali kelasku. Ternyata sebuah kardus, segera kubuka perlahan kardus itu.

“Braakk!!” Suara pintu menutup.

Uh..Uh..Uh..kepalaku
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku

Aku terkesiap dan menoleh ke belakang. Tiba-tiba aku menangis entah kenapa, rasanya aku tidak kuat. Dan ini semua membebaniku. Aku pusing, semua yang gelap di sekitar ruangan ini menjadi semakin gelap. Jangan, jangan pingsan sekarang, aku bisa dibilang bodoh kalau begini dan selamanya akan menjadi Fania yang penakut. Ini kemauanku dan aku harus kuat, ini hanya sementara dan aku tak akan mati disini. Nyatanya para hantu tidak dapat membunuh kan seperti di film-film itu? Jadi aku tidak boleh takut. Kubuka lagi dengan terburu-buru kardus itu, tak ada apa-apa di dalamnya.

“Grhhhaaaa!!” Sesosok tinggi besar muncul dari balik meja tepat di depan mataku, matanya membelalak, dan rambut gimbal menutupi seluruh wajahnya.

“Aaaaaaaaaaaaaak!” Aku menjerit tanpa ampun dan lari menuju pintu, tak bisa dibuka.  Dia berjalan mendekat, langkahnya terseok-seok. Dia semakin dekat, semakin dekat.

“Grhhhaaaa!!”

“Aaaaaaaaaaak!”

“Grhhhaaaa!!”

“Aaaaaaaaaaak!”

Begitu berulang-ulang yang terjadi hanya adu teriakan antara seorang manusia yang kalut setengah mati dan hantu yang tak punya hati. Sampai akhirnya pintu di belakangku terbuka sendiri dan aku berlari menuju pos.

“Apa yang kamu lihat disana?”

Napasku terengah-engah. “Mbah Surip!” Hanya itu jawaban yang mampu kuberikan.

***

Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku
Lemah tetap menari
Langkahku... Mencoba tetap

Aku berjalan menaiki tangga, aku hanya harus mencari evolet dan scraf yang telah dilabel dengan namaku. Itu saja, tugas antah berantah itu hanya angin lalu yang akan kukerjakan di alam bawah sadarku. Kudatangi pos di dekat tangga. Tidak ada siapa-siapa, hanya ada sebuah kertas yang bertuliskan:

‘Untuk nama A sampai K ada di kelas dari koridor sebelah kanan, L sampai Z di kelas-kelas koridor sebelah kiri. Masuki semua kelas, di sebagian kelas, kalau ada meelihat penampakan tegur mereka dengan menepuk pundak atau bagian tubuh manapun. Sebut kata “Ikhlas” jika sampai tiga kali tidak ada sahutan “Bakti” maka segera lari, karna itu bukan kami. Tegur dulu sebelum mencari evolet. Itu tugas kalian. Setelah dapat evolet masing-masing, segera ke lantai 3.’

Ini berkah! Hanya segampang ini, aku mencari evolet dan ditemani oleh para kakak-kakak yang jadi hantu gadungan. Segera kumasuki kelas di koridor sebelah kanan. Belum apa-apa sudah kulihat sesosok perempuan berambut panjang dan berbaju putih. Kutowel lehernya, bukan kutepuk pundaknya, entah kenapa di tengan-tengah situasi yang harusnya mencekam ini masih sempat-sempatnya aku bercanda.

“Ikhlas.” Seruku.

“Hahahahaha. Bakti! Geli woy!” Dia tertawa geli.

Aku cekikikan sendiri, lalu segera mencari di semua sudut kelas, evoletku tidak ada. Lalu aku beranjak pergi ke kelas sebelah. Ada empat kelas di koridor sebelah kanan. Tidak ada sosok apapun, aku aman lagi, di kelas inipun tak ada namaku. Sial, kenapa di tempat yang mudah malah tidak ada. Kelas ketiga, ada hantu gadungan lagi, kutepuk pundak sosok yang sedang dalam posisi sujud dan memakai baju hitam-hitam.

“Ikhlas.” Ia tak menjawab, “Hem mau buat takut ya?” batinku dalam hati.

“Ikhlas.” Kutepuk sekali lagi pundaknya. Ia bangkit dan memandang ke arahku. Mukanya bercat putih semua, dia memegang tanganku, sekujur tubuhku kaku, lalu ia mendekatkan bibirnya ke telingaku. Jangan bilang ini hantu mesum.

“Bakti.” Ia berbisik, segera kulepaskan pegangannya dan segera mencari evolet. Lagi-lagi tak ada, pasti di kelas keempat. Tak salah lagi, harusnya tadi aku langsung kesana saja.

Di sudut kelas keempat aku mendapati sosok yang rasanya bukan kakak kelas, melainkan anak kecil. Kepalanya botak seperti tuyul. Segera kucari lagi eveloetku dan mengabaikan tugas menyapa.

“Yes!” Akhirnya ketemu, di laci meja guru, evolet bertuliskan namaku. Aku menuju ke arah tuyul itu,ia sedang duduk sambil memeluk lututnya, sehingga tak kudapati wajahnya.

“Ikhlas.” Kutepuk tangannya. Dia tak menjawab. “Ikhlas!” Dia tak bergeming. Ketiga kali. “Ikhlas!” Dia masih diam. Aku lari. Tugasku sudah selesai bukan?

Lantai ketiga aku hanya harus berurusan dengan suster ngesot yang sebenarnya cukup membuatku bergidik ngerih yang terseok-seok di tengah koridor. Semua scraf ada di sekelilingnya, jadi aku harus tetap melotot mencari-cari scraf tepat di depannya. Tak sulit aku langsung mendapatkan milikku. Aku menangis lagi, kali ini tangisan haru. Untuk segala keberanianku.

Berdiri,kumenangis... Masih tetap
Mencari jalanku
Memahami beban itu

Semuanya berakhir, aku kembali ke barisan dan menunggu semua teman-teman selesai mencari. Terbukti, aku bukan Fania yang penakut lagi. Segala jenis hantu (gadungan) sudah kutaklukan. Yeah! Paginya kami sarapan bersama kakak-kakak senior. Aku mendatangi Reno yang berdiri di dekat meja tempat gelas-gelas minum, tak akan kudapatkan perhatiannya kalau aku tidak maju terlebih dahulu.

“Kakak jadi hantu apa?”

Reno menoleh ke arahku, “Haha kamu, kamu berbakat lo jadi atlet cabang teriak jarak panjang.”

“Maksudnya?” Aku tidak mengerti.

“Aku yang di ruang guru, reaksi kamu tuh paling beda. Jadi yang paling aku inget karna lomba teriak kita hehehe.” Dia tersenyum, aku meleleh lalu mengangguk. ‘Kita’ katanya?

“Oh haha, kalo kakak berbakat niru Mbah Surip.” Aku membalas senyumnya, ini benar-benar surga. Walau ternyata hantu yang tak punya hati itu ternyata orang yang kujatuhi hati.

“Ohiya anak kecil yang jadi tuyul di lantai dua mana? Kok nggak ikut sarapan? Adek atau anaknya siapa tuh kak? Bagus aktingnya.”

Reno mengerutkan kedua alisnya, “Yang nyamar hantu cuma kita-kita aja kali, nggak ada yang bawa adek apalagi punya anak. Keluar sana Fan, bentar lagi mau kakak barisin kalian.” Reno beranjak keluar, kepalaku pusing lagi dan hanya terbengong, menunggu lalat masuk ke mulutku.

Uh..Uh..Uh..kepalaku


*(Untuk project #CerpenPeterpan terinspirasi dari lagu Membebaniku.)