Waktu Kau Sebut Namaku


Oleh: lunavidya

then another page was added about you

(tentang kawan: edisi sugi kepada nyonri)

Waktu kau sebut namaku
Embun luruh, di tempat-tempat jauh

Waktu kau sebut namaku
Laut nguap, jadi awan , jadi hujan di dalamku.

Dan angin dari penjuru yang tak
Di sebut oleh peta
Mengantar rindu ke depan rumahku

Sugi

(tersanjung episode 414 2008)

Kangeeen :')

Aaah kangen duduk-duduk di sini lagi. Angin sepoi-sepoi, makan gorengan, mandangin sawah...

Kenyataannya Kini

“Saat paling sedih adalah ketika kau sadar kau hanya tertawa sendiri”

Kata-kata itu menohok, namun itulah kenyataan yang sekeras apapun aku menolaknya tetap berujung pada satu titik dimana aku tak mampu mengelak.

Apa alasanku menertawakan hal bodoh yang bahkan mereka anggap tak lucu? Sebab aku mencari kebahagiaanku, aku mencari cara agar dunia tak mengolokku. Agar aku tak bersedih sendirian. But that’s true, I’m sad all alone. Dunia akan tertawa jika aku tertawa, aku tak ingin merasa sendiri. Hanya itu.

Segalanya terasa serba salah. Rasanya aku bisa menciptakan dunia yang aku inginkan di dalam mimpi, dunia nyata hanya menyuguhiku dengan segala topeng, subjektivitas yang makin merajalela, dan kepenatan. Sedih, dan lagi-lagi salah. Kelebihanku tidur membuat seluruh badan terasa lemas dan kepalaku pusing. Salah lagi, kekurangan tidur pun begitu rasanya. Memang yang terlalu itu selalu tak baik. Hhh..

Aku merasa aku bukan teman mengobrol yang baik. Kosakataku terbatas, pengetahuanku sempit, dan aku berbicara seperlunya. Aku hanya mampu mendengar. Dan aku, hanya mampu menyimpan banyak rahasia, tanpa mampu mengungkap apa yang aku punya. Takut. Aku ketakutan.

Dan kini aku tak mampu membendung, tak mampu pula menumpahkan. Aku marah pada diriku sendiri.

Teruntuk...


Aku mengenal seorang pria. Pria pertama di kota ini yang menceritakan kisah masa lalunya padaku. Padahal waktu itu kami tak begitu dekat, dan aku pun sedikit tak menduga malam itu, di atas motor ditemani udara dingin, jadi perjalanan yang penuh cerita. Ada kenyamanan disana. Aku yang merasa, tak tahu bagaimana dengan dia. Yang aku tahu, sejak malam itu, aku akan selalu siap mendengar cerita-ceritanya lagi. Tentang apapun, kapanpun itu.


Pria berkacamata itu, yang dari wajahnya ada gurat kelembutan. Yang aku tahu ia sangat menyayangi ibunya. Baginya, sebuah rumus tercipta. Ibunya sama dengan kecantikan mutlak seluruh wanita yang ada di dunia. Kaki jenjangnya tak ragu selalu menepak tanah keberpijakannya. Dan aku tahu dia sudah menepak berbagai tanah di negara ini, di luar negara ini pun, bersama Ayahnya, bersama keluarganya. Mungkin itu alasan mengapa kelembutan tak mampu bersembunyi dibalik sikapnya yang cuek.

Pria seumuran [di jaman seperti ini yang... Ya tahu sendirilah] paling setia yang pernah kutemui. Rela menunggu bertahun-tahun hanya untuk seorang perempuan. Perempuan yang tak berkabar namun memenuhi seluruh pikiran dan hatinya, perempuan yang pada akhirnya, dengan segala yang telah ia lakukan, teraih kembali padanya dan jangan ditanya lagi berapa besar bahagianya.

Betapa beruntungnya perempuan itu...

Namun kini, di sela senyum dan tawa yang mengembang dari bibirnya, di antara cerita-cerita dengan gaya bicaranya yang begitu khas, mungkin tersimpan luka. Dan kini, aku tak tahu lagi bagaimana cara ia menyembuhkan luka itu [atau belum?], aku tak tahu apa yang ia simpan di dalam sana, dalam hatinya. Yang aku tahu, kini, dia menunggu. Entah apa. Dan yang harus ia tahu, ada seorang disini yang siap mendengarnya lagi. Apapun, kapanpun itu.

Teruntuk – sebut saja namanya Kriting-

Cheers,
Feby

Menuju Aku

Ini adalah sajak perjalanan
Panjang, curam, berbatu-batu
Terantuk-antuk 
Lutut, siku, dagu 
Berdarah-darah
Menawarkan segala pahit
Manisnya hanya tercicipi sepintas lalu
Sisanya aku merana

Suram suram
Kanan kiri pohon kering
Kurasa sudah putus hubungan dengan awan
Enggan kompromi untuk turunkan hujan
Sudah malas, letih mereka
Tinggal tunggu roboh
[bayangkan betapa kokohnya mereka dulu]

Jalani sajalah!

Ini sajak perjalanan
Menuju aku

Yang lupa rasanya manis

Dear Alda


Dear Alda, liat dua orang itu. Mereka berdua cuma mau liat kita senyum, liat kita bahagia. Jadi inget ya, kita jangan ngabisin duit aja kerjanya. Kakak berjuang duluan disini, kakak sering ngerasa sendiri pun kakak tahankan, dek. Liat kan? Kakak strong. Jagain mereka disana ya, jangan alay, jangan bandel, jangan keras kepala Alda itu dipertahankan. Lembut dikit jadi orang, sekali lagi, jagain mereka. Jangan lupa sembunyiin terus rokok Papa tiap Papa pulang, bilang ke Mama porsi kopi kurangin, jangan capek mijitin badan mereka.
Ohiya, banyakin aja download lagu, biar belajar makin lancar. Oke? Semangat!
Kakak kangen Alda, Mama, Papa.

Keep smile, Dek.

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
niscaya akan kau temui lima kegunaan
yaitu 
ilmu pengetahuan, adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan

Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap
Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum
Jika engkau biarkan air itu tergenang
maka ia akan membusuk

Singa hutan dapat menerkam mangsanya setelah ia meninggalkan sarangnya
Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya jika tidak meninggalkan busurnya
Emas bagaikan debu sebelum ditambang
Pohon cendana yang tertancap di tempatnya
 tak ubah seumpama kayu bakar (kayu api)

Jika engkau tinggalkan tanah kelahiranmu 
engkau akan menemui derajat yang mulia di tempat yang baru
dan engkau bagaikan emas sudah terangkat dari tempatnya.

(Imam Syafi’i)