Kenyataannya Kini

“Saat paling sedih adalah ketika kau sadar kau hanya tertawa sendiri”

Kata-kata itu menohok, namun itulah kenyataan yang sekeras apapun aku menolaknya tetap berujung pada satu titik dimana aku tak mampu mengelak.

Apa alasanku menertawakan hal bodoh yang bahkan mereka anggap tak lucu? Sebab aku mencari kebahagiaanku, aku mencari cara agar dunia tak mengolokku. Agar aku tak bersedih sendirian. But that’s true, I’m sad all alone. Dunia akan tertawa jika aku tertawa, aku tak ingin merasa sendiri. Hanya itu.

Segalanya terasa serba salah. Rasanya aku bisa menciptakan dunia yang aku inginkan di dalam mimpi, dunia nyata hanya menyuguhiku dengan segala topeng, subjektivitas yang makin merajalela, dan kepenatan. Sedih, dan lagi-lagi salah. Kelebihanku tidur membuat seluruh badan terasa lemas dan kepalaku pusing. Salah lagi, kekurangan tidur pun begitu rasanya. Memang yang terlalu itu selalu tak baik. Hhh..

Aku merasa aku bukan teman mengobrol yang baik. Kosakataku terbatas, pengetahuanku sempit, dan aku berbicara seperlunya. Aku hanya mampu mendengar. Dan aku, hanya mampu menyimpan banyak rahasia, tanpa mampu mengungkap apa yang aku punya. Takut. Aku ketakutan.

Dan kini aku tak mampu membendung, tak mampu pula menumpahkan. Aku marah pada diriku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar