Agustus :)

Assalamualaikum...
Hmm sepertinya blog ini udah berlumut ya?
Entah berapa lama aku udah nggak menulis disini lagi, rasanya buat melihat-lihat blog ini pun udah nggak ada waktu dan tenaga lagi.
Haha. Hey, ini udah bulan Agustus. Hem nggak terasa ya... Sebentar lagi ulang tahunku :)
Alhamdulillah udah gedee.
Sudah tak banyak yang ku harapkan, tak ada yang kucari, aku hanya berharap semoga bulan ini penuh berkah bagiku. Amin.
Yang paling spesial di bulan Agustus ini hanya Ramadhan nya, suasana Ramadhan yang sudah lama kutunggu. Halo Ramadhan, semoga kita bisa berteman baik yah, semoga semua hidayah bisa kudapat di bulan ini, seluruh amal ibadah yang kulakukan mendapat ridhonya, dan tetap semangat menjalani hingga hari kemenangan tiba nanti. Aminnn.
Alhamdulillah aku masih diberi nafas hingga saat ini menjalani Ramadhan lagi.

Ohya aku ingat sepertinya saat aku menyambut Juli kemarin aku sudah sangat beramah-tamah dengannya, aku buatkan puisi untuknya, aku dendangkan lagu-lagu ceria untuknya, dan tak lupa aku mengajaknya berteman baik sembari mengucapkan selamat tinggal pada Juni yang penuh kenangan.
Hhh Agustus... Ntah kenapa Juli jahat sekali padaku, ia seperti membunuhku secara perlahan, menghadiahiku berbagai macam luka, membingkisiku dengan perpisahan yang menyakitkan, menerorku dengan dia yang kucinta dengan jarak, suasana yang berbeda, batu kerikil tajam yang makin menghambat dan tak menyetujui segalanya, serta seperti hampir ingin menyudahi segala kenangan manis yang telah kuukir lama dalam hati.
Agustus, Juli juga membanjiriku dengan tangisan, air mataku seolah tak ada habisnya kemarin, dan saat aku tak dapat meneteskan bulir-bulir air mata itu, hanya hatiku yang masih memiliki persediaan air mata yang banyak.
Juli mengujiku dengan aku yang harus tersenyum dalam tangisku, aku yang harus terlihat kuat. Ya Tuhan, demi apapun... Bagaimana aku dapat terlihat kuat sedang sebenarnya aku remuk redam?
Dapatkah kau jelaskan Agustus, darimana aku dapat kekuatan itu?
Aku tahu ini klise, tapi inilah yang bisa kuungkapkan : aku punya ALLAH SWT yang selalu ada untukku, Ialah tempatku selalu mengadu, menyembah, memohon ampun, dan tentunya Ialah sumber kekuatanku, ketenangan jiwaku. ALLAH tak pernah membiarkanku sendiri (Ya ALLAH maafkan aku yang terlalu banyak meminta dan tak pernah bersyukur ini...). 
Tapi seperti yang kubilang tadi, sungguh klise dan munafiknya aku mengatakan hal di atas tadi.
Jelas saja, karena aku masih manusia biasa, yang begitu lemah. Aku tak sekuat Aisyah, istri Rasulullah SAW, aku juga tak setegar karang dilaut.
Aku masih hambaNya yang begitu lemah namun dapat menjadi orang terkuat di dunia karena satu benda ciptaanNya yang Ia titipkan padaku, dan dalam waktu yang bersamaan tersungkur karena benda itu pula. 
Agustus bisakah kau berbicara? Bisakah kau bertanya padaku apa sosok benda yang kumaksud itu agar tulisan ini menjadi bermakna dan dramatis? 
Yah, kau tak bisa. Tulisan ini memang sudah sangat dramatis kubuat sampai sesak dadaku menulis ini semua. Seakan aku kembali ke dalam kejadian-kejadian pahit itu. Aku akan menjawabnya sendiri. 
Cinta. 
Ialah yang kumaksud. Hem aku tak tahu harus menulis apa lagi, maaf. Kau tak bisa melarangku begini Agustus, kau tak bisa. 
Memang beginilah aku , aku yang memiliki hati sedingin es dan sudah menjadi kebiasaanku menutup diri. Kau salah menilaiku selama ini Agustus, aku bukan orang yang terbuka, yang dapat menceritakan semua keluh kesah serta kebahagiaanku pada semua orang, aku malas membuka hatiku untuk orang-orang, lebih tepatnya, aku menjauhi mereka, bahkan terkadang aku menjauhi diriku sendiri. 
Tapi, saat hangat berhasil menjalari hati dingin ini, saat satu ketukan untuk pintu hatiku entah dengan apa aku terdorong sehingga ia terbuka. Kehangatan pun si pengetuk tadi menjadi darahku, dosa besar bagiku jika aku menyakitinya, menyia-nyiakannya, membuat ia hancur dan terpuruk. Bukan pahala buatku, tapi lebih tepatnya perjuangan, mati-matian akan kujaga kehangatan pun si pengetuk itu, melepaskannya merupakan perjuanganku yang haram, dan membuat ia bahagia selalu adalah perjuanganku yang fardhu. 

Aku ingin sekali mengakhiri tulisan ini, tapi sangat bingung harus dengan apa kuakhiri. Ahya, aku teringat kata-kata yang pernah kuberikan buat yang disana, ia yang kunanti selalu. Manusia sempurna yang menjadi kehangatan dan si pengetuk hatiku. Mungkin dengan ini dapat kuakhiri.

“Cinta itu rapuh. Terkadang kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita hanya bisa menjaganya, dan berharap. Benda rapuh ini akan tetap selamat, di dalam perjuangan...”

Tersenyumlah untukku Agustus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar