29 Februari 2012

“Jika diizinkan bertutur ingin rasanya kita duduk berbicara dari hati ke hati. Bercerita tentang apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh hati. Tentang masa-masa sulit dan lapang yang mengisi hari-hari kita. Setelah ini mungkin masih akan ada ujian-ujian yang dihadapka pada kita. Seperti air yang tidak pernah bertanya, mengapa ia harus mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Atau tentang bulan yang setia berotasi terhadap bumi. Semuanya sudah Allah SWT atur.
Kita mungkin mengeluhkan kelemahan kita, tapi sebenarnya dengan segala kelebihan yang ada, kita juga sedang diuji. Jika kita merasakan sesak dan putus asa dengan segala masalah yang menghimpit. Sadarlah bahwa Allah selalu ada tanpa kita meminta. Yakinlah bahwa semua ikhtiar dan do'a tak kan ada yang percuma. Allah Maha Ada dan Mendengar. Rasanya tak pantas jika seseorang seperti saya berbicara tentang penyesalan. Tapi Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Dan setiap orang yang beriman akan diuji karena di balik kesulitan itu ada kemudahan.”
Alhamdulillah, hari ini kami nggak jadi ikan teri, lebih tepatnya belum, rabu depan mungkin kami nggak akan selamat lagi hhh.. Oke, hari ini benar-benar hari terunyu, termenyebalkan sekaligus termendebarkan. Hanya untuk mendapatkan uang sebesar Rp 110.000 aku dan rini harus berkelana keliling seperempat kota Medan (mungkin). Haa, memang kurang beruntung nukar Yen ke Rupiah waktu kurs mata uang negara Indonesia tercinta ini lagi rendah-rendahnya. Seribu Yen cuma ketuker dengan seratus sepuluh ribu. Tapi pengalamannya ini yang langka. Naik 3 macem ankot juga nggak nemu tempatnya, akhirnya kami naik becak dan sampai dengan selamat di... Kampung keling. SubhanAllah. Kampung keling itu disitu ternyata. Kalau dari sekolah kami hanya harus naik satu macam ankot, turun di depan Cambridge hotel, dan jalan sedikit dengan manis kesana. Dan tahukah kami sudah sampai kemana saja tadi? Lapangan merdeka, Sentral di Medan Mall, pajak ikan, tanya-tanya ke orang-orang sampai ke para pak polisi yang santai duduk-duduk di posnya mengabaikan lalu lintas di depan mata mereka, pak satpam yang unyu-unyu juga nggak lepas jadi narasumber kami, kakak-kakak pinggir jalan yang kami tunggu sampai dia siap menelepon, dan masih banyak lagi suka dukanya, halah. Engsel kaki juga hampir patah (oke ini berlebihan). Ditemani gerimis, kami duduk manis di becak dan bercerita2 dengan abang becak itu. Wah, dari pembicaraan tadi ternyata anaknya sudah lulus D3 dari STAN jakarta, dan telah bekerja, anak perempuannya sebaya dengan kami, dan berprestasi di sekolahnya, katanya dia mau masuk UGM. Uang sekolah anaknya ini tujuh ratus ribu per bulan. Lebih besar dari uang sekolahku. Aku salut dengan abang itu. Dan perjalanan mencari money changer ditutup dengan kembali lagi ke lapangan merdeka dan makan bakso. Ohya, aku tidak suka air tebu. Grrr.. Di jalan pulang di lampu merah, pengamen tadi bernyanyi: "Merindukanmu slalu kurasakan.. Kau mampu membuatku tersenyum, dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti.." Hem, untuk yang sedang berjuang dan bertanding disana, semangat ya :) Rumahku berada dekat dengan kos-kosan mahasiswa Sari Mutiara, saat berjalan ke arah rumah tadi aku melihat di salah satu rumah kos, sedang ada keramaian. Aku melihat kue tar, dan lilin yang sedang menyala. Dipegang oleh seorang perempuan, dan di depan kue tadi ada seorang perempuan lagi. Tampaknya mereka bersahabat, perempuan tadi, yang berulang tahun selesai meniup lilin saat aku melihatnya dan semua teman-temannya bertepuk tangan gembira. Kapan ya aku bisa dapat sebuah kejutan seperti itu, ada kue tar, aku menutup mata dan mengucap sebuah pinta dalam hati. Aku nggak pernah merasakannya. Terkadang rasanya ingin sekali. Oke besok ujian semester PKN, jumat Try Out ke2, sabtu puncak ESA? Tidak, bukan itu, ujian semester fisika. Sekian dan terimakasih. Bismillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar