Orchid


Peluhmu ada untuk kuusap. Letihmu serupa tenaga untukku semakin kuat menopang. Dan entah seperti apa wujud talinya, kita tak pernah sekalipun berikrar. Namun saat kau sakit, akulah yang menangis. Saat kau tersandung, akulah yang kemudian berlari agar bisa mentatihmu. Saat hatiku diam-diam menahan riuh pertanyaan yang memaksa keluar dengan beribu dobrakan menyakitkan, kau datang menenangkannya dengan sebaris jawaban yang membuatku yakin bahwa kau mampu membaca keseluruhanku.

Ini adalah yang tidak mampu aku katakan secara lisan, dan lagi-lagi tulisan lah yang jadi merpati setia penyampai segala kataku. Sebab di hadapanmu, meskipun sudah kesekiankalinya kita dipertemukan, aku tetap tidak punya cukup daya mengendalikan degup jantung yang skalanya masih sama saat didekatmu. Mungkin kau bosan membacanya. Topik yang kubahas selalu sama, soal kerinduan. Namun itulah adanya. Beribu kerinduan seperti menghentak-hentak dadaku, setiap harinya. Benar, setiap harinya.

(16 April 2012, 15:45, first day of National Examination. After we met and talked for a while. Feel like my heart would stop beating, I trully miss you.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar