Kau Hadir

Kau hadir untuk membuat aku mengerti tak selamanya menjalani masa pemulihan sakit hati itu harus dilewati dengan air mata.
Kau hadir membantuku melangkah maju, perlahan tapi pasti. Ada kalanya aku mundur selangkah, tapi dengan mantap kuambil lagi sepuluh langkah maju hingga kemunduranku terbayar.
Kamu membuat aku menyadari bahwa dalam cinta, harus ada yang diperjuangkan. Ya, setidaknya aku harus memperjuangkan hatiku.
Aku pikir aku tidak bisa menyembuhkan luka yang sudah teramat lebar menganga di hati, yang menggores dan meruntuhkan semua mimpi yang pernah kurajut sendiri, tak pernah terbalas. Hingga, sampailah aku pada saat yang begitu bahagia ini.
Kau tahu? Itu semua karenamu.
Senyumku kembali, ragaku segar lagi. Dulu aku tidur dengan penuh ketakutan, takut kalau-kalau aku memimpikan semua kenangan buruk, kini aku dengan senang hati tertidur, menanti mimpi yang ada kamu.
Aku ingin dicintai, kamu mencintai.
Kamu mencintaiku dengan pelan-pelan, dengan segala kehati-hatianmu merawat lukaku. Kamu, cuma kamu, dan kamu satu-satunya yang melihat aku apa adanya.
Aku rindu rasanya dirindukan, kamu merindukan.
Kamu hadir, saat tak ada seorangpun menghampiriku. Kamu hadir, saat aku terbuang. Kamu hadir, saat aku menangisi segalanya sendirian, kamu menghancurkan butiran bening yang mengalir di pipiku. Kamu hadir, saat tak ada pemberi semangat dalam hari-hariku. Kau hadir, memeluk mimpi-mimpiku.
Kamu melindungi hati yang sudah penuh bekas luka dan tambalan ini, kamu, dengan lembut meresapi setiap partikel yang sekian lama diracuni penyia-nyiaan akan aku.
Kamu, dengan sabar menungguiku hingga larut, untuk menemani jari jemariku menari hingga lelah. Dan saat aku lelah, kamu tetap terjaga dalam tidurku yang entah nyenyak entah tidak.
Kamu menyuntikkan semangat saat aku mulai merasa jenuh menghadapi rutinitas hari-hariku.
Kamu, membebaskanku berinteraksi, kamu, tak membatasi, kamu, mengerti. Bahwa aku bukan untuk kau kekang seperti tahanan, melainkan untuk kau jaga seperti putri kecilmu.
Kadang aku mencari celah yang tak kusukai dalam dirimu, dan aku selalu berhasil menemukannya. Seketika itu aku kalah, kamu tak pantas dikeluhkan. Kamu selalu berhasil menutup celah itu untuk kusukai dan tersenyum padanya. Kamu punya sejuta cara untuk menjaga tawaku selalu baru. Dan kamu, menghapus semua keraguan dan ketakutanku, merobohkan dinding hati yang membeku, yang penuh luka, akhirnya mampu bekerja lagi dan merasakan getaran hangat.
Aku menitipkan pagiku, siangku,dan malamku untukmu. Aku menitipkan hati dan kepercayaan sebagai benda rapuh ini padamu.
Terima kasih telah mencintaiku dengan sederhana.
Kamu, kemana saja kamu selama ini? Kenapa baru muncul sekarang? Kalau saja kamu datang lebih awal...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar