Tiga Pucuk Surat Aksara Untuk Mereka

Teruntuk Fach, pria berhati beku, nama yang selalu sanggup aku katakan.


FACH!!
Aku gunakan huruf kapital agar kau tahu aku memanggilmu besar-besar seraya berteriak bahwa aku merindumu. Tuhan, sampaikan kepada Fach, aku merindukannya sampai lupa pada kiamat! Haha, dasar aku si pecinta kata.
Fach, kau yang membuatku berpikir bahwa menulis adalah nyawa. Berlebihan tidak? Karena begini...
Acap kali aku berjumpa dengan keyboard, pena, kertas, atau apapun yang bisa kugunakan untuk menulis, langsung muncul dalam bentuk yang besar wujudmu di dalam pikiranku. Meski yang kutulis bukan tentangmu.
Fach, aku menanti saat dimana kau bisa mengungkapkan isi hatimu lewat tulisan, aku yakin kau bisa, tapi hatimu terlalu beku. Aku masih ingat kok, dan selamanya akan tersimpan, kata-kata itu, satu-satunya kata paling manis yang pernah kau berikan untukku.
“Memang indah kalau jumpa sama seseorang saat kita merasakan rindu.”

*

Teruntuk para sahabat aksara baruku.
Aku ingin menyebut nama kalian yang indah itu satu per satu. Aku ingin memanggil kalian dalam kepungan asap yang kurelakan menghitamkan wajahku. Dalam busa-busa yang mengumpul dalam hatiku, mewujud kebahagiaan karena telah lahir sahabat-sahabat baru pencinta kata untukku.
Aku ingin memanggil kalian, ayo kita perang kata-kata, rangkai 26 aksara nakal itu dengan indah, A sampai Z. Hei, Dea Pratiwi Akbari, Arya Rangga Maulana, Dewi Anggraini.
Dan, ohya, ingat, aku bukan si guru besar ya (khusus Angga), enak saja. Dan untuk Dewi, terima kasih telah menjadikanku editor pribadinya, hei ternyata menyenangkan.


*

Teruntuk aku setahun dari sekarang.
Hei ini kau satu tahun semalam Yola, ya surat ini aku tulis pada 26 Oktober 2011. Saat ini kau sedang bertanya-tanya kau sedang melakukan apa tahun depan. Dimana kau, dan jadi apa kau yang senang bermain dengan aksara ini. Aku berharap saat ini kau masih mencintai kata-kata dan sudah meraih mimpi-mimpimu yang kau gantung di tiang langit itu. Ohya, boleh aku bertanya? Jawab ya sekarang, yang bagiku tahun depan, masih menggenggam harapan, Yola?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar