Selusin Sajak Kecil

Betapa Kecilnya Diri Ini


: M. Rifqi Yusuf

Aku tertunduk setelah melihat malam yang penuh bintang
Betapa kecilnya diri ini
Aku memejam setelah memandang bulan sempurna malam ini
Mengingat segala kesombonganku, se-per berapakah aku dibanding bulan itu?
Kalau bintang-bintang itu berhujanan turun saat langit terbelah. Kalau bulan jatuh menimpa bumi.
Akan jadi apa?
Ah, betapa kecilnya diri ini.

Aku Ingin Gemuk



: Adam Wira Sanjaya

Aku ingin gemuk, seperti seekor nyamuk yang puas melepas dahaga di punggung tanganku
Berpeluh usaha
Aku ingin gemuk, seperti batu baterai tua yang sudah lelah terisi panas
Butuh kesabaran
Aku ingin gemuk, seperti balon udara di sudut langit sana
Penuh api semangat
Aku ingin gemuk, seperti aku di ruang imajiku
Jenuh tak berisi
Aku ingin gemuk

Kecewa


: Dewi Anggraini

Kamu berlama-lama menatap wajahku. Dalam jarak per sekian senti kita saling tersenyum lalu aku membuang muka. Senyum mu begitu ringan, senyumku sedikit getir. Ada yang kusembunyikan disana, namun kau tak tahu.

Aku suka berkhayal sendiri. Saat didalamnya tubuhku dan tubuhmu saling merengkuh, terkait seperti kail. Kudekatkan bibir ke telingamu sementara genggamku telah merekat di punggungmu bersama sebuah pisau yang terlumur darahmu. Lalu membisikkan, "aku kecewa."

Khayalanku terpecah. Kau tersenyum lagi padaku. Senyum yang menyejukkan. Senyum yang masih ringan. Seketika itu darahku mendesir. Kubalas senyummu, kini tak sedikitpun getir. Aku tidak sembunyikan apapun lagi. Dan kau tetap tak tahu.

Biarkan Menjadi Misteri



: Anissa Astri

Ada lebih banyak kata-kata dalam diam
Saat melihat tatapan yang dalam, terkadang telah kau dapat apa yang ingin disampaikan
Percayakah kau dengan keindahan cinta? Yang membuat hati saling menyatu dan mengerti dalam ketenangan.
Jika kau percaya, pada akhirnya, biarkan mereka menjadi misteri.

Perbedaan 



: Khairunnisa Lubis

Dulu kita sering duduk berdua di taman itu
Menghirup bau tanah basah selepas hujan
Menikmati senja yang jatuh dari sudut langit
Menyanyikan lagu kesukaan
Kau rasakan bau tanah lebih menusuk saat gerimis saja, aku membantah, kurasakan petrichor itu menguasai penciumanku dalam lebatnya hujan
Kau mengagumi senja yang jingga, katamu seperti sinar mataku. Aku mencintai senja yang kemerahan, seperti warna bibirmu yang tak terjamah nikotin
Kau menyukai lagu klasik, sementara aku menggilai irama jazz
"Perbedaan itu indah," katamu pada suatu senja kesekian di taman
Pelukanmu lebih erat seperti berat melepasku

Kini, apakah perbedaan itu masih indah?
Saat kau sedang bersandar di alam para malaikat
Sedang aku bersandar di samping nisan bertuliskan namamu?


Masa-masa di Sekolah


: Aida Shara

Detik-detik pelajaran masih berdetak di sudut-sudut kelas
Tapak sepatu hitam masih berbekas di lapangan belakang
Papan tulis putih masih tergores tinta spidol hitam sisa kita
Tumpukan kertas di meja guru pun masih memampang nama kita
Masa-masa di sekolah tak lagi nyata saat mata terbuka
Tapi kenangan tidak akan mengering
Dan nanti, rindu-rindu pun akan pulang pada sang tuan.

Bulan Tidak Mengizinkan Kita Menatapnya Bersama



: Dita Afandria

Bila hujan turun deras waktu aku sedang berlari, biarkan aku merentangkan tangan lalu menari-nari
Bila bertemu dan kembali menatap wajahmu memang bukan bagianku lagi, biarkan aku merasakan rindu yang datang hampir selalu

Izinkan aku mendongak ke langit tanpa memicingkan mata
Izinkan aku tak lupa saat-saat indah bersamamu

Bila hujan telah usai, izinkan bulan menemaniku di malam hari
Bila rindu sudah berlalu, izinkan aku menikmati rasa sedih yang datang tiba-tiba selama aku terjaga

Izinkan bulan menemaniku dalam sepi
Izinkan bayanganmu menemani.

Lebih Baik


: Khairul Lizzan

Lebih baik menunggu siput berjalan, daripada kamu menuju aku
Lebih baik tersandung batu, daripada cinta yang sudah berlumut
Lebih baik menatap matahari siang terik, daripada kamu yang redup lagi dan lagi

Karna mengharapkanmu, sia-sia.

Angin Menjanjikanku Senyum


: Debby Andrika

Sore ini aku berhenti di tepi jalan untuk berteduh. Hujan jatuh menahanku dalam perjalanan. Perlahan angin membelai wajahku. Aku tersenyum-senyum sendiri. Entah kenapa aku teringat kamu.

Teringat kamu yang mencintaiku teramat sangat dan dengan sederhana aku pun juga. Teringat akan peristiwa itu, saat senyummu hilang ketika kedua matamu tak mampu lagi melihat. Teringat saat kemudian aku memberikan kedua mataku hanya untuk mengembalikan senyummu. Teringat akhirnya kau memilihku untuk menemani hidupku.

Angin membelai wajahku sekali lagi. Menyadarkanku kalau hujan telah reda. Dan aku tersenyum, mengingat kamu yang sedang menungguku dengan kopi hangat di rumah kecil kita. Kuketuk tongkat di tangan kananku pada aspal untuk melewati parit kecil. Tunggu aku pulang, ditemani angin yang menjanjikanku senyum.



Angin Mematikan


: M. Rizky Nasution

Gemuruhnya bisa memekakan telinga
Kilat petir tak pernah absen menemani kehadirannya
Hembusannya bisa membuat terpelanting dalam radius ribuan kilometer
Ini bukan sembarang angin. Ini angin mematikan
Hanya satu jalan jika ingin tetap bertahan hidup
Tutup indra penciummu


Kepada Mantan


:Mentari Saadah


Aku masih memiliki sisa atau entah apa yang melekat dalam aku atau yang memang diberikan padaku atau dengan angkuh kuanggap milikku atau sekedar kubuat-buat seakan ada dalam aku
Aku tak tau dan tak berharap tau

Aku masih memiliki ingatan, segala pedih duka, sedih luka karena kehilangan dirimu yang bahkan aku tau kau tak pernah sedetikpun jadi milikku seutuhnya, atau siapapun itu
Tapi kenapa aku masih merasa kehilanganmu?
Bisa kau beri tau?

What I am Suppose to do in June


: Kirbi Timur Nomas

What I am suppose to do in June?
Mr. Sapardi Djoko Damono once said that Nothing is more beautiful than the rain of June
Therefore I might be friends with it so I could be beautiful too
Or maybe I will form a gang of thieves to steal the beauty of the rain of June
Well, whatever it is, I hope June being nice to me

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu...


(Kerjaan iseng tengah malem, send all semua orang minta nyumbang satu dua kata buat dibikin sajak. Udah lama nggak nulis-nulis sajak lagi haha. Maklum, lagi berjuang buat persiapan perang SNMPTN 6 hari lagi :D yang masih melek cuma dua belas orang-orang ini. Here it is.. Makasih yaa :) )

@Mr_belibis @AdamWiraS  @dedewanggraini @anissaastori888 @aidashara @ditaafandria @khairullizan @debbyandrika @rizumaki22 @mentarisaadah @kirbitimurnomas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar