Garadit III

Dengan mengenakan seragam sekolah, Gara melangkah kedalam sebuah kantor redaksi majalah remaja lokal di kota Medan. Sambil membawa hasil tulisan yang akan dimuat di majalah tersebut. Gara melihat ke sekeliling kantor, kesibukan yang akan dia lalui selepas masa SMA nya akan ia lanjutkan disini. Sebulan yang lalu ia diterima bekerja sebagai jurnalis lepas. Gara berjalan menuju sebuah meja resepsionis, sudah banyak orang-orang kantor yang mengantri disana untuk mengambil tanda pengenal. Ah, ada Kayla disana. Seketika jantungnya berdebar. Sudah sebulan ini hidup Gara terasa lebih bersemangat. Bukan saja karena Bu Indah, editor senior disini yang menyukai banyak tulisannya tapi karena ada Kayla, dan sudah lumayan banyak yang Gara tahu tentangnya. Kayla Vanie namanya. Siswi kelas 3 SMA di sebuah sekolah negeri di Medan, sebaya dengan Gara, yang juga bekerja sebagai freelancer di kantor ini. Sebagai fotografer freelancer, yang tugasnya mengabadikan acara-acara yang diadakan kantor, kabarnya gadis itu bekerja disini untuk membantu orangtuanya membiayai sekolah. Gadis yang baik, pikir Gara. Hmm Kayla Vani, satu bulan belakangan ini Kayla terlihat indah di matanya, Gara tidak akan lupa pada wajahnya. Menggemaskan, misterius. Kelihatan pendiam, ada sesuatu yang membuat Gara tidak bisa lupa padanya. Gara ingat satu kali tangan mereka pernah bersentuhan di tengah kerumunan saat acara konser yang disponsori oleh majalah lokal ini, mereka berpandangan lalu saling tersenyum.

Kayla telah selesai mengantri, sementara Gara masih berada pada antrian paling belakang. Mereka berpapasan. Kartu pengenal yang baru saja Kayla ambil terjatuh tepat di depan kaki Gara, tanpa pikir panjang Gara langsung mengambilnya dan memberikannya pada Kayla.

“Makasih ya, Gara.” Kayla tersenyum tipis menerimanya dan langsung pergi berlalu. Tapi, apa yang baru dikatakannya? Gara? Dia tahu nama Gara. Gara temenung bingung. Apa tadi Kayla grogi mendapati ada Gara disana sehingga kartunya terjatuh, dan dia tahu nama Gara. “Ah jangan geer deh, tau dari orang kali. Tapi tadi beneran kaya adegan sinetron ya? Haha.” batinnya sambil tertawa dalam hati, di hatinya yang berbunga-bunga saat ini.

Setelah mengambil tanda pengenal, Gara naik ke lantai dua, berjalan sepanjang koridor kantor yang terdapat banyak pintu ruangan di kanan dan kirinya, hingga terhenti pada sebuah ruangan dan mengetuk pintu perlahan.

“Masuk!” Terdengar suara seorang wanita dari dalam ruangan. Gara memutar knop pintu, lalu masuk. Ia tersenyum tipis kemudian duduk di depan sebuah meja. 

Indah Ardina, Editor Senior. Sebuah plat nama terpajang di atas meja.

“Ini buk.” Gara menyerahkan tulisannya kepada Bu Indah.

Bu Indah membaca kertas yang diserahkan Gara sebentar lalu tersenyum.

“Menarik, kaya biasa. Makasih ya Gara, besok datang lagi. Ohya, selamat ulang tahun.” Bu Indah tersenyum ramah, menampilkan deretan giginya yang rapi.

“Pasti buk, besok saya datang lagi. Iya, makasih ya buk udah inget.”

“Sama-sama. Kapan pengumuman kelulusan Gar?” tanya Bu Indah.

“Ujian nasionalnya juga belom buk, udah ditanya kapan lulus aja, hehe. Mungkin bulan Mei.”

“Oh ya nggak apa-apa. Soalnya kalo kamu udah lulus kan bisa jadi jurnalis tetap disini. Ibuk yang rekomendasiin lho, soalnya ibu suka banget sama tulisan-tulisan kamu.”

“Wah bener buk?”

“Iya, bayaran jurnalis lepas kan cuma dihitung per tulisan aja sih Gar. Masa kamu mau gitu-gitu aja? Apa nggak lebih bagus jadi jurnalis tetap.”

“Makasih ya buk. Wah saya jadi nggak sabar buat cepet-cepet lulus ini.”

“Nulisnya juga harus lebih giat ya.”

“Pasti, yaudah saya permisi buk. Besok saya kesini lagi. Sekali lagi, makasih banyak ya buk.” Gara bangkit dari duduknya lalu menyalami Bu Indah. Sepeninggalnya dari ruangan editor senior, Gara ingin berteriak sekencang-kencangnya. Betapa bahagia hari ini, menjadi jurnalis adalah salah satu impiannya dan sebentar lagi akan menjadi kenyataan, jatuh cinta? Ya, di hari ulang tahunnya ke delapan belas.


***

Bersambung...

(Udah lama banget cerbung ini diabaikan ehehe. Walaupun lanjutannya dikit, karna belum tahu lagi mau dibawa kemana Garadit ini. Enjoy the first and second part di label Garadit di paling bawah Tulisan Feby ya :) )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar