Selamat Hari Menetas, Kakak!

Aku lahir ke dunia sebagai anak pertama, aku hanya memiliki seorang adik yang teramat kucintai. Mungkin kalian akan bertanya, lalu siapa yang kusebut kakak itu? Hei, kalian memang selalu terpaku pada judul teman, tapi yasudahlah tak usah dibahas lagi.
*
Dari sulur-sulur ranting, dari anggunnya daun yang bergerak memangku embun. Kusambut pagi ini, Kakak. Pagi 8 Oktober yang kurindukan.
*
8 Oktober, dua tahun lalu...
Mungkin aku belum terlalu mengenalmu saat itu, Kak. Tapi aku melihat, kau sungguh kasihan. Bagaimana tidak? Hari itu kau dibalut baju olahraga dengan hiasan telur, tepung, kopi dan lain sebagainya yang membuatmu terlihat jauh dari kata “wangi”. Bagaimanapun, selamat hari menetas, Kakak...
*
Dari kamar kecil ku yang gelap, pagi itu pukul 00.02, mungkin. Aku termanggu di depan layar handphone tua ku yang tak lelah kutekan tuts-tuts nya (ah, seperti piano saja!). Sederhana saja, aku adik yang kau sayangi dan aku menyayangimu pula. Selemat hari menetas, Kakak. Dan rentetan kata-kata yang kususun sedemikian rupa untuk mengucapimu pada hari spesial ini. Kita tidak bertemu hari ini. Tapi aku tahu, kau bersenang-senang hari ini, aku pun senang, Kak.
8 Oktober, setahun yang lalu...
*
Hari ini bukan setahun atau dua tahun yang lalu, hari ini ya hari ini, saat ini, bukan? Kak? Maaf aku tak berkabar, aku tak menyapa. Hari ini begitu rumit, dan tekadku menjadi pengucap dan pengecup terakhir, hehe. Tak ada yang bisa kuberi, tak ada yang bisa kulakukan untuk membuat hari ini berharga, Kak. Hari ini aku sakit, tapi bukan tubuhku. Disini, Kak (memegang dadaku, hatiku). Ah, sudahlah aku tak usah dibahas. Hanya ini ya, tulisan yang tak indah ini, kado untukmu, Kak.
Aku menyayangimu dari hari itu yang hanya kita yang tahu, selama aku sanggup, aku merindukanmu. Selamat hari menetas, Kak...
(Dari kamar kecilku yang terang benderang pukul sepuluh malam menanti pukul 11 lewat 59 menit, 8 Oktober 2011 )
                                                                                                Teruntuk,
                                                                       Kak Astari Rosanda Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar