For Sister Rahne Putri

“Semalam, adalah satu dari sekian banyak hari yang terus terang sangat menarik dan menghiburku di dunia maya. Kamu, pujaan banyak wanita, dengan bangga telah menjatuhkan lagi hati ke seseorang. Bahagia itu kamu, turut berbahagia itu aku. Tapi dari delapan penjuru, banyak orang yang cemburu dan banyak yang mengira aku pun begitu. Ratusan kata kata hiburan menghiasi layar telepon di genggamanku & ratusan puk puk menyeka punggungku atas bahagia sedang menimpamu. Mereka hadir, menyeka air mata yang tidak ada. (Sebenarnya ada air mata, tapi bukan kamu, dan lagipula sudah kulewati dengan tegas hari-hari itu HAHAHA)

Dengan surat ini, aku mengucap selamat untuk kamu dan pemilikmu, Zarry & Zarry’s.

Tenang saja, pencinta kata akan tetap ada. Bukan begitu, Zarry?

Salam dari hati & juga aku.
NB: Kalau kamu bahagia, ajak ajak aku ya, bantu aku cari Pangeran Kanebo ;)”


Untuk kak Rahne yang sedang tersenyum selebarnya menahan terjun airmata. Sudah lama aku ingin mengirim surat untuk kakak, tapi aku tak tahu apa yang harus kukatakan, aku begitu mengagumi kakak dan beribu kata yang tercipta dari jemari-jemari itu. Ini mungkin waktu yang tepat.
Jujur saat membaca penggalan surat kakak buat kak Zarry diatas yang sedang berbahagia disana aku hampir menangis. Sebuah drama yang sempurna kak. Akting kakak benar-benar bagus, tolong kapan-kapan kalau kita bisa berjumpa (aku selalu berharap dapat bertemu kakak) ajarkan aku ya. Sembunyikan kesakitan dibalik tawa HAHAHA itu. Juga akupun pernah seperti kakak, aku pernah merasakannya, bahkan lebih menyakitkan.
Bagaimana perasaan kakak? Sudahlah kak, jangan ditahan, aku tahu bulir-bulir itu belum habis dari mata indah kakak, menahan rasa yang sedang menyala-nyala seperti kobaran api yang tak segan melahap habis yang ada. Aku tahu kak, karna aku juga pernah merasakannya.
Rasa cinta itu begitu besar, tapi untuk memiliki merupakan suatu hal yang kelak menyediakan rasa sakit yang bertubi-tubi. Kehilangan. Bukan begitu?  Sebab ingin selalu berada didekatnya, ingin menjadi berharga, merindukan, membahagiakan, tersenyum dan tertawa bersamanya namun tak ingin kehilangannya. Begitu perih. Tanpa disadari sekejap ia merenggang, jauh dan akan termiliki oleh siapapun, malaikat yang akan mengisi hatinya, memenuhi pikirannya dan melengkapi hari-harinya. Sedang diri ini, hanya dapat berdiri tertunduk menahan, ikut tersenyum untuk bahagianya yang selalu ada dalam doa.
Apa yang dapat dilakukan seseorang yang tak pernah menjadi siapa-siapa? Lepaskan semua yang membuncah didalam sana dan jangan lupa tetap bersyukur kak. Bukan ingin menasihati, tapi bukankah masih bisa saling merangkai kata lagi? Masih bisa bertemu lagi? Itu karna yang terjadi tak pernah dimulai, maka tak pernah berakhir. Bukankah menjelma menjadi satu hal yang (mungkin) masih dapat terucapkan syukur? Juga hujan semangat dari mereka untukmu. Sedikit ingin membagi, saat seperti kakak dulu, tak ada satupun untukku kak, tak ada.
Segala sesuatu terjadi bukan tanpa alasan kak. Mungkin Tuhan sedang merancang skenario dan memberikan akhir yang indah. Dan suatu saat jika takdir berkehendak, akan ada masa dimana kakak akan berkata sambil menggenggam tangannnya menyambutnya kembali seperti pada puisi kak Aan Mansyur “Adakah cinta yang jatuh padamu melebihi cintaku?” Senyuum :)
“Bahagia itu kamu. Ikut berbahagia itu aku. Jelaga tawa terkumpul di mata. Keduanya tumpah melebur satu. (di)selamat(kan) malam. Semoga mentari mengajakku kembali menari.
Malam sebentar lagi habis. Mimpi belum juga datang.”
-Rahne Putri

n.b: kalau kakak sempat balas surat ini ya, aku menantikan kata-kata yang lahir dan tak absen menginspirasiku dari hati tegar itu.

Peluk Cium
Feby :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar