Teruntukmu, yang mungkin tidak tahu...

oleh: Restya Mahara
#30HariMenulisSuratCinta

Aku merindukanmu. Teramat sangat merindukanmu.
Jauh di sana, di relung terdalam dadaku ada salah satu sudut tempat kamu bersemayam dengan tenang di sana. Kamu mengekal. Kamu abadi di sana. Dan aku tidak lagi takut akan kehilanganmu seperti yang dulu sudah pernah terjadi.
Apa kamu mendengarnya? Apa tetesan air hujan yang jatuh malam ini telah menyampaikan pesanku padamu?
Aku membisikkan sedikit untaian kalimat dengan nada cinta pada rintik air yang jatuh dari langit. Tentu saja dengan harapan, jika kamu masih terjaga malam ini, maka mereka akan senantiasa menemanimu melewati dingin yang menusuk sampai ke dalam tulang. Sama rasanya seperti rasa ketika aku merindukanmu. Rasanya sangat menusuk, hingga membuatku sesak di dalam dada. Seperti ada yang membuncah keluar dan memberontak minta diutarakan.
Mungkin malam ini keberadaanku tidaklah kau ingat sama sekali di hari-harimu yang kini selalu cerah karena selalu ada dia—wanitamu—yang selalu menemanimu setiap saat—mungkin lebih dari apa yang biasa aku lakukan dahulu.
Tapi ketahuilah, jika malam ini kamu masih belum terlelap, tetesan hujan yang turun dan merambat perlahan di jendela akan membuatmu kembali merindukanku. Akan ada bayangku di sana, tersenyum manis padamu sambil membawa sekotak penuh kenangan tentang kita.
Namun, bila ternyata kamu sudah terlebih dahulu terlelap dan pesan dariku terlambat sampai, kamu tenang saja. Mereka akan menyisip masuk ke dalam mimpi-mimpimu dan secara otomatis menggantikan mimpi indah milikmu dan wanita itu dengan mimpi tentangku.
Ya, mungkin saja kamu tidak tahu.
Atau memang kamu berpura-pura tidak tahu.
Atau mungkin kamu memang tidak mau tahu sama sekali.
Tapi satu hal yang pasti, di dalam hujan yang turun dari langit malam ini, cintaku tersemat di sana. Terangkai dengan indah.
Tentu saja masih dengan pesan yang sama,
“Aku mencintaimu. Apa anak kita sudah tertidur? Aku menunggumu di singgasana kita. Dengan penuh cinta, istrimu.”
P.S. : Kamu jangan ketiduran lagi di sana. Kalau sudah selesai mendongengnya ke sini lagi temenin aku. Kamu lupa aku takut sama gemuruh petir dan kilat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar