Perayaan

Didalam seluruh kata-kata ada aku, kau, dan cinta yang masih sama. Juga bagaimana sakitnya mencintai seperti ini, mencintai kau yang telah dibawa pergi semesta dari satu kata, kita.
Seringkali, pada tiap malam yang sepi, tiap malam yang mencekam yang enggan dan tak segan harus dilalui –tanpamu, aku memandangi wajahmu di pigura hitam yang tak pernah seharipun debu menempel pada tiap sisi-sisinya. Wajah seorang yang begitu bersyukur telah dicintai (atau tercintai) oleh seorang lagi didalam sana. Sudah begitu lama terbiasa tak membaca kata demi kata yang kau kirim melalui pesan singkat. Kadang aku membuka beberapa yang masih kusimpan, sebab begitu manis bagiku, seperti harapan akan kesembuhan dan kecupan ucapan selamat malam untuk merayakan kesedihanku.
Dan dalam mimpi, seperti telah terproduksi sebuah opera sabun yang tokoh utamanya adalah kau. Stripping. Kau tertawa didalam sana, cara tertawa paling indah tetap punyamu. Sekalipun di dalam tidurku, maukah tertawa sekali lagi? Dinyataku?
Sudahlah, kini antara aku dan kau ada mimpi lain yang jauh lebih indah dan cerah dari seluruh mimpi yang pernah ada dibawah langit.
Karna begitu lelah dan jengah –sedikit tak sadarkan diri, kadang juga aku ingin membeli sebuah mesin waktu untuk kembali ke waktu... Entahlah waktu itu, waktu yang indah bagiku, entah bagimu. Aku di sini. Kau jauh. Alangkah rindunya.
-Untuk merayakan rindu dan kesedihan yang ganas dari fisik yang renta sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar