Aku Harus Segera Pergi Sebelum Matahari Melenyapkan Segala Yang Aku Punya


Aku harus segera pergi sebelum matahari melenyapkan segala yang aku punya.

Bagaimana aku mengawali? Karena semua ini bahkan tak pernah dimulai. Aku hanya lintasan tanpa pemberhentian yang terus dilalui tanpa permisi, yang dengan lapang menyerahkan diri pada apa, siapa, dan bagaimana dilewati.


Apa yang membuatku berderit adalah apa yang membuat anak-anak burung menjerit dalam sangkar menanti cacing dari sang induk. Siapa yang membuatku berderit adalah siapa yang selalu terkait di tiap gerbong kenangan. Dan bagaimana aku berderit adalah bagaimana sakit yang tak mampu terungkap.

Aku adalah lintasan yang memuai akibat matahari, maka tercipta celah diantara diriku sendiri. Bagaimana bisa? Seorang diri memiliki celah yang menunggu dingin untuk menyatukannya. Aku menunggu, menunggu, dan menunggu. Sampai kapan?


Biar kuberitahu. Sampai malam yang dingin datang dan memberi aku harapan untuk menyusut, menyatukan kembali celah yang sempat terpisah pada siang hari. Siang masih panjang, tapi aku harus bergegas, agar saat kau lewat, tak ada celaka karna celahku yang bisa saja membuatmu jatuh dan terluka. 

Aku harus segera pergi sebelum matahari melenyapkan segala yang aku punya, termasuk kamu, pergi menjemput malam yang dingin.


(11 September 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar